Ciri-Ciri Khusus dari Kasih yang Dewasa
Pertanyaan nomor satu yang diajukan orang-orang kepada saya, dari negara atau kebudayaan mana pun mereka, adalah ini: Bagaimana saya bisa mengetahui bahwa saya jatuh cinta?
Kita selalu dalam keadaan jatuh cinta. Kasmaran berarti kasih - tetapi tingkatannya berbeda, intensitasnya berbeda. Cinta monyet juga merupakan kasih yang sungguh-sungguh, tetapi kalau Saudara terus hidup dengan cinta monyet maka kehidupan Saudara akan sangat menyedihkan.
Pertanyaan yang sebenarnya bukan, Apakah aku jatuh cinta? melainkan, Apakah cintaku ini dewasa? Apakah kasihku cukup dewasa untuk dapat menghasilkan suatu hubungan perkawinan yang berlangsung seumur hidup dan memuaskan? Inilah beberapa ciri khusus dari kasih yang dewasa.
1. Kasih yang dewasa ditujukan pada oknum secara utuh, bukan hanya pada satu aspek tertentu. Kasih yang belum dewasa hanya memusatkan perhatian pada sebagian dari oknum itu - daya tarik seks, sifat humor, pengabdian keagamaan. Banyak orang mendasarkan kasih mereka pada aspek fisik. Hal yang mengherankan adalah, sesuai dengan studi yang dilakukan di Universitas Arizona, satu pasangan yang sudah menikah menghabiskan hanya sepersepuluh dari satu persen waktu mereka untuk secara langsung terlibat dalam hubungan fisik. Dan orang-orang berusaha mendasarkan keseluruhan hubungan pada daya tarik seks. Mereka perlu mengetahui bahwa seks itu bukan lem yang dapat merekatkan dengan kuat.
Orang lain mendapatkan kasih mereka pada aspek sosial. "Kami begitu banyak mengalami kesenangan bersama," kata mereka, "tentu inilah yang disebut cinta kasih itu." Saudara bisa mengalami saat yang riang gembira dengan seekor kera, tetapi bukan berarti Saudara harus mengawininya.
Kasih yang dewasa bahkan bukan semata-mata didasarkan pada aspek rohani. Seseorang berkata, "Dia mengasihi Yesus, aku mengasihi Yesus, kami senang pergi ke gereja dan berdoa bersama-sama - ini pastilah cinta itu." Lihat, Billy Graham mencintai Yesus, dan saya pun mencintai Yesus - tetapi hal itu tidak berarti kami harus kawin. Jadi, kasih yang dewasa bukan didasarkan pada satu aspek dari individu atau hubungan. Kasih yang dewasa melihat oknum secara utuh.
2. Kasih yang dewasa ditunjukkan oleh sikap saling menghormati dan saling menghargai. Kasih yang dewasa memelihara secara hati-hati integritas orang lain itu. Kasih ini tidak menggunakan kalimat seperti, "Jika engkau mencintaiku, engkau harus ..."
Kasih yang dewasa kalau dieja adalah M-E-M-B-E-R-I. Alkitab mengatakan agar Saudara mengasihi sesama manusia Saudara seperti diri Saudara sendiri (Ima. 19:18; Luk. 10:27). Alkitab juga mengatakan bahwa "Suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri" (Efe. 5:28). Kebiasaan kita adalah mementingkan kebahagiaan, keamanan dan kemajuan kita sendiri. Jika kebahagiaan, keamanan, dan kemajuan orang lain itu menjadi sama pentingnya bagi Saudara seperti kebahagiaan Saudara sendiri maka kasih Saudara kemungkinan sudah dewasa.
3. Kasih yang dewasa dinyatakan oleh adanya keterikatan dan tanggung-jawab. Masing-masing orang terikat pada hubungan itu dan bertanggung-jawab atas hubungan tersebut. Kasih yang dewasa bukan "selesaikan urusanmu sendiri"; melainkan menyelesaikan urusan kita, bersama. Keterikatan ini perlu muncul sebelum pernikahan terjadi. Jikalau Saudara tidak merasakannya sebelumnya, Saudara tidak akan menemukannya setelah itu.
4. Dalam kasih yang dewasa, ada sukacita dengan kehadiran orang yang kita cintai. Jikalau kalian berdua harus berpisah, maka kalian rindu untuk bersama kembali. Perpisahan membuat hati semakin mencintai, tetapi bila Saudara berada bersama orang itu, sukacita semakin besar lagi.
5. Dalam kasih yang dewasa ada pertumbuhan dan kreativitas yang dinamis. Tidak mungkin tetap saja. Atau kasih itu bertumbuh, atau justru mulai menghilang. Sewaktu kasih Saudara menjadi dewasa, Saudara mencari cara untuk menyatakannya kepada orang yang lain itu. Walaupun Saudara tidak kreatif sebelumnya, Saudara akan menjadi kreatif waktu Saudara menyatakan kasih Saudara itu. Istri saya misalnya, membuat tanda kasih yang luar biasa.
6. Kasih yang dewasa itu realistis. Kasih yang belum dewasa itu buta; menganggap kekasihnya itu sempurna. Tidak ada seorang pun yang sempurna, dan kasih yang dewasa mengetahui hal itu. Bilamana Saudara mengasihi dengan cara yang dewasa, Saudara mengetahui kekurangan orang yang lain itu, dan Saudara menerima dia secara total kendati pun kekurangan itu ada.
7. Kekasih yang dewasa bisa bersifat penuh kepercayaan, terbuka dan terus terang dalam hubungan mereka. Mereka bisa saling memercayakan rahasia mereka yang terdalam. Kasih yang dewasa perlu waktu untuk bertumbuh. Janganlah ada pasangan yang menikah sebelum mereka memberikan cukup waktu bagi kasih mereka untuk menjadi dewasa.
Diambil dari: | ||
Judul Buku | : | Pola Hidup Kristen |
Judul Artikel | : | Ciri-ciri Khusus dari Kasih yang Dewasa |
Pengarang | : | Josh McDowell |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang; Yayasan Kalam Hidup, Bandung; YAKIN, Surabaya, 2002 |
Halaman | : | 358 -- 360 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA