KUA - Pelajaran 01
Nama Kelas | : | Khotbah Untuk Awam |
Nama Pelajaran | : | Pengertian Khotbah dan Peran Pengkhotbah |
Kode Pelajaran | : | KUA-P01 |
Pelajaran 1: Pengertian Khotbah dan Peran Pengkhotbah
Daftar Isi
- Apa Itu Khotbah?
- Definisi Kamus (Morfologi)
- KBBI
- Kamus Alkitab
- Arti Etimologi "Khotbah"
- Dalam Bahasa Ibrani
- Dalam Bahasa Yunani
- Definisi Khotbah
- Dasar Alkitab dan Tujuan Khotbah
- 2 Timotius 4:2
- Matius 24:14
- 2 Timotius 3:16
- Matius 28:19-20
- Peran Pengkhotbah
- Seorang Pelayan (1 Korintus 4:1-2)
- Seorang Pembawa Berita (2 Korintus 5:18-21)
- Seorang Saksi (Yohanes 15:18-27)
- Seorang Bapak (1 Korintus 4:14-17, 21)
- Seorang Hamba (1 Korintus 1:17-2:5)
Doa
Pelajaran 1: Pengertian Khotbah dan Peran Pengkhotbah
Pelayanan khotbah juga disebut sebagai pelayanan mimbar atau pelayanan firman, salah satu pilar utama pelayanan gereja Tuhan. Memang tidak semua orang dipanggil untuk menjadi pengkhotbah yang berdiri di mimbar gereja pada hari Minggu, tetapi bukan berarti berkhotbah hanya bisa dilakukan pada kebaktian hari Minggu. Pada dasarnya, setiap murid Kristus dipanggil untuk memproklamasikan Kristus dan firman-Nya, baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (media digital). Karena itu, mari kita belajar dengan sungguh-sungguh pengertian khotbah dan bagaimana kita dilayakkan untuk menjadi pemberita firman-Nya.
- Apa Itu khotbah?
- Definisi Kamus (Morfologi)
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
- Kamus Alkitab
- Arti Etimologi "Khotbah"
- Dalam Bahasa Ibrani
- Dalam Bahasa Yunani
- Definisi Khotbah
- Dasar Alkitab dan Tujuan Khotbah
- 2 Timotius 4:2
- Matius 24:14
- Roma 10:14-15
- 2 Timotius 3:16
- Matius 28:19-20
- Peran Pengkhotbah
- Seorang Pelayan (1 Korintus 4:1-2)
- Seorang Pembawa Berita (2 Korintus 5:18-21)
- Seorang Saksi (Yohanes 15:18-27)
- Seorang Bapak (1 Korintus 4:14-17, 21)
- Seorang Hamba (1 Korintus 1:17-2:5)
Ada beberapa definisi kata "khotbah" yang akan kita pelajari untuk menolong kita mengerti arti khotbah dengan baik.
Dalam KBBI, khotbah diartikan sebagai 'pidato, terutama yang menguraikan ajaran agama'. Etimologi kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu "khataba", yang berarti 'berbicara dengan seseorang'.
Kamus Browning menjelaskan bahwa berkhotbah atau memberitakan adalah cara utama mengomunikasikan diri dalam Perjanjian Baru (serentak meneruskan 'berita kesukaan' para *nabi PL, Yes. 40:9).
Sedangkan Kamus Vine's menjelaskan bahwa "Preach: is almost always used of ‘the good news’ concerning the Son of God as proclaimed in the Gospel" (Khotbah hampir selalu digunakan untuk "kabar baik" tentang Anak Allah seperti yang diberitakan di dalam Injil.).
Kata Ibrani untuk berkhotbah adalah "qara" yang berarti ‘memanggil, memproklamasikan, atau mengumumkan’ (Kej. 1:10; 3:9; 1Sam. 3:4; Yer. 29:29).
Kata Yunani untuk berkhotbah digunakan 4 kata:
1) "Kerygma"
Artinya, 'memproklamasikan atau mengumumkan'. Berasal dari kata "kerussein", kata dasarnya "keruks", yaitu utusan atau duta yang mendapat kuasa untuk menyampaikan berita yang dipercayakan kepadanya dengan jelas dan baik (Luk. 11:32; Luk. 4:43; Kol. 1:28; Kis. 17:3).
2) "Euaggelion"
Artinya, ‘mengumumkan kabar baik/kesukaan’ dan diadopsi menjadi ‘memberitakan Injil’ (Mat. 4:23). Berasal dari kata "euangelos", yaitu tentara yang membawa kabar baik kepada pemimpinnya bahwa pasukan menang perang (Mrk. 1:14-15; Rm. 1:16; 1Kor. 15:1-2).
3) "Marturia"
Artinya, ‘bersaksi atau memberi kesaksian’. Berasal dari kata "martus", yaitu saksi yang bertugas untuk memberi kesaksian yang sesungguhnya dalam pengadilan tentang apa yang terjadi (Kis. 1:22). Dalam PB diadopsi menjadi "marturein", ‘saksi-saksi Kristus’ (Kis. 1:8; 22:15; 26:16).
4) "Didaskein"
Artinya, ‘mengajar’. "Didaskalos" adalah seorang pengajar atau guru yang bukan hanya mengajar teori, tetapi juga petunjuk-petunjuk praktis. Dalam konteks agama, kata ini merujuk pada mengajar ketetapan dan peraturan firman Allah untuk dilaksanakan (Mat. 5:2; 11:1; Mrk. 4:2; Ibr. 5:12).
Berkhotbah adalah tugas pemberitaan Injil Yesus Kristus, dengan Alkitab sebagai sumber otoritas utamanya (Mrk. 13:31). Khotbah juga dipandang sebagai aspek sentral dari ibadah dan sarana anugerah yang bertujuan memproklamasikan Kabar Baik keselamatan dalam Yesus Kristus. Berkhotbah juga mengandung sisi pengajaran, terutama ajaran-ajaran Alkitab untuk diterapkan dalam kehidupan para pendengar agar mendorong pertumbuhan rohani dan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Ada banyak ayat dalam Alkitab yang menunjukkan pentingnya tugas pemberitaan firman, termasuk dalam berkhotbah. Berikut 4 dasar utama Alkitab yang menolong kita melihat tujuan pentingnya pemberitaan firman:
"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya; tegurlah, nasihatilah, dan doronglah mereka dengan penuh kesabaran dan pengajaran."
Sebagaimana sudah kita bahas sebelumnya, inti dari berkhotbah adalah memberitakan Injil Yesus Kristus. Ayat ini dengan jelas menunjukkan keadaan urgensi bahwa firman Tuhan harus diberitakan (dikhotbahkan) dengan kesiapan hati, kapan saja, dan di mana saja. Dengan kesiapan hati ini, setiap murid Tuhan dituntut untuk melihat setiap kesempatan sebagai kesempatan yang baik untuk menabur firman Tuhan. Tujuan berkhotbah bukan hanya memberitakan firman kepada mereka yang belum percaya, tetapi juga kepada mereka yang sudah percaya karena perintah memberitakan firman ini juga disertai dengan perintah untuk menegur, menasihati, dan mendorong, dan semua ini harus dilakukan dengan penuh kesabaran.
"Dan, Injil Kerajaan ini akan diberitakan ke seluruh dunia sebagai kesaksian bagi semua bangsa, dan kemudian kesudahannya akan datang."
Ayat ini menyoroti cakupan global dari pemberitaan Injil (khotbah), yaitu untuk menjangkau seluruh dunia bagi semua bangsa. Karena itu, untuk menggenapi rencana Allah bagi dunia ini, tujuan khotbah adalah agar firman Tuhan diberitakan kepada semua orang tanpa memandang latar belakang atau lokasi di mana mereka berada. Dengan kata lain, tidak ada tempat di dunia yang tidak membutuhkan firman Tuhan. Jika pengkhotbah menyadari hal ini, mereka akan memusatkan pemberitaan firman dan memakai hidup mereka bagi Tuhan untuk memenangkan jiwa sampai akhir hidup mereka.
"Akan tetapi, bagaimana mereka berseru kepada Dia jika mereka belum percaya? Bagaimana mereka percaya kepada Dia yang belum pernah mereka dengar? Bagaimana mereka mendengar, jika tidak ada orang yang memberitakan? Bagaimana mereka memberitakan, kecuali mereka diutus? Seperti ada tertulis: 'Betapa indahnya kaki-kaki dari mereka yang memberitakan Kabar Baik!'"
Berkhotbah bukanlah keinginan manusia, tetapi keinginan Allah. Melalui ayat ini, kita melihat pentingnya ada orang yang diutus untuk pergi berkhotbah sehingga Injil bisa didengar oleh mereka yang belum percaya. Allahlah yang menggerakkan hati pengkhotbah untuk mengasihi jiwa-jiwa. Allah juga yang menempatkan komunitas orang percaya untuk melihat kebutuhan pemberitaan Injil. Di sinilah, tujuan berkhotbah menjadi jelas, yaitu menjadi titik temu antara komunitas orang percaya dengan pengkhotbah yang rindu menjangkau jiwa supaya mereka bekerja bersama membawa Kabar Baik sesuai dengan rencana Allah.
"Semua Kitab Suci dinapasi oleh Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik dalam kebenaran."
Ayat ini menekankan pentingnya pengajaran firman Tuhan diberitakan (dikhotbahkan) supaya jemaat hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Pengkhotbah adalah sarana yang Tuhan pakai untuk menjadi agen pengubah bagi hidup orang-orang percaya. Bukan karena kepandaiannya dalam berkhotbah, melainkan karena kuasa dari yang dikhotbahkan, yaitu firman Allah. Itu sebabnya, tujuan berkhotbah juga mencakup pemberitaan Injil Yesus Kristus bagi orang percaya agar hidup mereka terus-menerus diubahkan. Firman Tuhan harus terus diberitakan untuk menuntun kita kepada hidup yang meneladani Kristus.
"Karena itu, pergilah dan muridkanlah semua bangsa, baptiskanlah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus, ajarkanlah mereka untuk menaati semua yang Aku perintahkan kepadamu; dan lihatlah, Aku selalu bersamamu, bahkan sampai kepada akhir zaman."
Amanat Agung ini merupakan perintah terakhir yang Yesus diberikan sebelum Ia naik ke surga. Perintah ini bukan hanya diberikan kepada murid-murid-Nya saat itu, tetapi juga untuk kita saat ini yang hidup pada era digital. Dalam Amanat Agung terkandung perintah untuk mengajar (berkhotbah) supaya orang-orang mengerti dan percaya akan berita Injil. Namun, tidak hanya berhenti di situ karena tujuan berkhotbah adalah supaya orang yang mendengarnya ini akan mengajar (berkhotbah) lagi ke orang lain sampai terjadi multiplikasi murid (pemuridan). Apakah ini tuntutan yang tinggi? Tidak, karena perintah Yesus ini disertai dengan janji bahwa Ia akan selalu bersama kita dan menolong kita. Ini menjadi jaminan bahwa proses pemuridan akan berjalan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
Pengkhotbah adalah seorang percaya yang dipanggil/diutus untuk melakukan tugas pemberitaan Firman, yaitu pesan dari Allah yang dia percayai benar dan penting untuk disampaikan kepada umat-Nya. Dalam buku John Stott, berjudul "Potret Seorang Pengkhotbah", yang diterbitkan oleh Yayasan Langham dan Kemitraan Pelayanan, memberikan studi 5 peran pengkhotbah dalam Alkitab Perjanjian Baru. Mari kita melihatnya secara teliti:
Dari mana seorang pengkhotbah mendapatkan pesan dan otoritas bagi khotbahnya? Sebagaimana layaknya seorang pelayan, pengkhotbah tidak berbicara atas nama dirinya sendiri, tetapi atas nama Tuan-Nya. Allahlah yang telah memberi kepercayaan yang mulia kepadanya (1Tes. 2:4; 2Tim. 1:14) untuk menjadi pelayan -- rahasia-rahasia Allah-. Mereka tidak akan memalsukan firman Allah. Sebaliknya, mereka akan mengatakan kebenaran Allah apa adanya. Ketika pengkhotbah memberitakan firman Allah, maka otoritas Allah diberikan kepada pengkhotbah. Namun, pada saat yang sama, ia sendiri berada di bawah otoritas firman yang ia khotbahkan dan harus menundukkan diri kepada-Nya.
Sebagai pembawa berita, pengkhotbah adalah utusan atas nama Allah, yang memiliki tugas menyampaikan firman kepada orang-orang yang harus mendengar firman. Namun, tidak berhenti sampai di situ, pembawa berita juga harus mendesak pendengarnya untuk merespons. Karena itu, pengkhotbah harus menyampaikan Beritanya dengan tegas dan lantang sesuai dengan keinginan Allah yang mengutusnya, tidak lebih dan tidak kurang. Berita utama haruslah tentang Yesus yang telah mati di kayu salib untuk menggantikan manusia yang berdosa. Barangsiapa percaya kepada Yesus dan bertobat, ia akan memiliki hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Berkhotbah adalah salah satu bentuk kesaksian dalam konteks ruang pengadilan. Pengkhotbah memiliki hak istimewa untuk bersaksi bagi Yesus kepada dunia, yang telah jatuh dalam dosa (Rm. 3:23) dan membenci Yesus. Ia harus menyaksikan hanya Kristus (Rm. 8:1) dan bukan yang lain. Ia harus menyaksikan ajaran-Nya, hidup-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya.
Sebagai bapa, pengkhotbah harus memperhatikan hubungan pribadinya dengan jemaat/pendengar, ia berbicara dengan lembut seperti seorang bapa kepada anak-anaknya yang adalah keluarga (1Tes. 2:11-12). Mereka harus saling memiliki, saling mengasihi, dan saling mendoakan karena rindu melihat pendengarnya bertumbuh secara rohani. Namun, dalam hal ini, pengkhotbah tidak memiliki otoritas yang sama seperti Bapa di surga.
Sebagai hamba, pengkhotbah menerima kuasa dari Tuannya. Kuasa akan mengalir melalui dirinya karena firman Tuhan yang ia khotbahkan (1Kor. 9:16-18). Oleh kuasa firman itulah, manusia yang berdosa diselamatkan bukan karena kepandaiannya merangkai kata-kata dalam khotbahnya. Karena itu, pengkhotbah harus memiliki kerendahan hati dan hanya menyanjung Tuannya, bukan dirinya sendiri. Khotbah bukan untuk menarik pendengarnya kepada apa yang dikatakannya, melainkan kepada yang Allah katakan.
Setelah mempelajari arti, dasar, dan tujuan khotbah, kita semakin disadarkan bahwa sekalipun ada orang-orang yang secara khusus dipanggil untuk menduduki jabatan sebagai pengkhotbah, tetapi secara fungsional berkhotbah merupakan hak istimewa setiap orang percaya untuk dengan bangga memberitakan dan menyaksikan bahwa Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat!
Akhir Pelajaran (KUA-P01)
Doa:
"Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu untuk hak istimewa yang Engkau berikan kepadaku sehingga aku dapat memberitakan Kabar Baik keselamatan dalam Kristus kepada mereka yang perlu mendengar berita Injil-Mu. Amin!"
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA