KUA - Pelajaran 05

Nama Kelas : Khotbah Untuk Awam
Nama Pelajaran : Kehidupan Seorang Pengkhotbah
Kode Pelajaran : KUA-P05

Pelajaran 5: Kehidupan Seorang Pengkhotbah

Daftar Isi

  1. Bagaimana Pengkhotbah Memelihara Kehidupan Rohaninya?
    1. Doa
    2. Firman
    3. Kasih
  2. Bagaimana Khotbah Menjadi Berkat bagi Pengkhotbah Sendiri?
    1. Berkhotbah untuk Diri Sendiri
    2. Melakukan Apa yang Dikhotbahkan
    3. Mengevaluasi Diri
  3. Bagaimana Membuat Hidup Pengkhotbah Menjadi Khotbah yang Hidup?
    1. Menjadi "Buku yang Terbuka"
    2. Hidup sebagai "Anak-Anak Terang"
    3. Memiliki Mentor Rohani

Doa

Pelajaran 5: Kehidupan Seorang Pengkhotbah

Pengkhotbah adalah seorang pelayan firman yang dipanggil untuk memberi makanan rohani bagi domba-domba-Nya. Namun, pengkhotbah sendiri membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya. Apa akibat buruknya jika ia hanya terus memberi dan tidak mengisi dirinya sendiri? Banyak pengkhotbah melupakan fakta ini. Akibat buruknya adalah lama-kelamaan ia menjadi lesu dan pelayanan khotbahnya pun menjadi tidak lagi segar dan bersemangat.

Dalam pelajaran terakhir ini, kita akan belajar bagaimana seharusnya seorang pengkhotbah memelihara kehidupan rohaninya. Kita juga akan membahas bagaimana pelayanan khotbah juga menjadi berkat bagi diri pengkhotbah sendiri. Dan, yang terakhir akan membahas bagaimana hidup pengkhotbah dapat menjadi khotbah yang hidup.

  1. Bagaimana Pengkhotbah Memelihara Kehidupan Rohaninya?
  2. Setiap orang percaya memiliki sumber makanan rohani untuk pemeliharaan kehidupan rohaninya agar terus hidup dan bertumbuh. Demikian juga seorang pengkhotbah, bahkan lebih lagi karena tentunya ia mengeluarkan energi rohani yang lebih banyak karena selain dirinya sendiri, ia juga harus menolong jemaat mendapatkan makanan rohani.

    Dari mana kita dan para pengkhotbah mendapatkan makanan rohani? Berikut adalah tiga sumber utama makanan rohani yang membuat kehidupan rohani pengkhotbah sehat dan terus bertumbuh.

    1. Doa
    2. Doa adalah sumber kekuatan rohani yang luar biasa. Dalam kehidupan pengkhotbah, berdoa dan berkhotbah adalah tugas yang tidak bisa dipisahkan. Sebagaimana dicontohkan oleh para rasul, mereka mengabdikan diri untuk berdoa lebih dahulu sebelum berkhotbah (Kisah Para Rasul 6:3-4). Para rasul belajar dari Yesus karena Yesus pun memprioritaskan doa. Di tengah kesibukan pelayanan-Nya, Yesus selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengan Bapa-Nya lebih dahulu. Pertemuan dengan Bapa memberi-Nya kekuatan dan arah untuk maju (Markus 1:35-38; 3:14-15).

      Karena itu, untuk menjaga agar hidup rohaninya selalu kuat, seorang pengkhotbah harus memelihara kehidupan doanya dengan tekun. Di sanalah, pengkhotbah akan membuktikan kasih-Nya dan kebergantungannya kepada Allah. Di sana jugalah, kekuatannya akan terus-menerus diperbarui sehingga khotbah-khotbahnya pun menjadi penuh vitalitas dan tidak kehilangan arah.

    3. Firman
    4. Menenggelamkan diri dalam firman merupakan kesukaan seorang pengkhotbah karena dari firman-Nyalah, ia mendapatkan kekuatan baru. Disiplin mengisi hidupnya dengan firman adalah hal yang tidak tergantikan. Seperti ranting-ranting anggur yang akan mati jika tidak menempel pada pohon anggur, demikian juga pengkhotbah yang terus-menerus mengisi hidupnya dengan firman Allah, ia akan terus bertumbuh dan menghasilkan buah (Yohanes 15:5).

      Sangat mungkin pengkhotbah mengalami kekeringan rohani jika ia menjauhkan diri dari firman-Nya. Ini merupakan bahaya besar karena pelayanan khotbahnya juga akan terpengaruh, menjadi kering, dangkal, dan tidak bersemangat. Jika ingin mengalami pembaruan semangat, mulailah hidup Anda setiap pagi dengan menikmati firman Tuhan dan menutup hari dengan penghiburan dari firman Tuhan. Pada hari-hari tertentu, sediakan waktu yang lebih panjang untuk mempelajari firman-Nya secara teratur, maka berkat Tuhan pun akan mengalir seperti aliran sungai.

    5. Kasih
    6. Yesus menempatkan kasih Allah di atas segalanya karena kasih Bapa adalah sumber kekuatan dan semangat terbesar. Tidak dapat disangkal bahwa pengkhotbah adalah manusia biasa, yang dapat mengalami kekecewaan, sakit hati, dan patah semangat. Pengalaman dikasihi Tuhan menolong pengkhotbah disembuhkan dari segala macam penyakit rohani. Ia akan belajar mengampuni, bersabar, dan mengasihi orang-orang yang telah menyakiti dan membuatnya patah semangat.

      Lebih indah lagi, kasih Kristus akan menolong pengkhotbah mengasihi orang-orang yang ia layani. Ia akan mengasihi sebagaimana Kristus telah mengasihi mereka. Jika pengkhotbah kehilangan sukacita dan semangat dalam berkhotbah, kasih Kristus jugalah yang mampu mengembalikan semangatnya untuk bisa berkhotbah dengan berapi-api (Yohanes 15:9-12).

  3. Bagaimana Khotbah Menjadi Berkat bagi Pengkhotbah Sendiri?
  4. Pelayanan berkhotbah sebenarnya bukanlah pelayanan satu arah. Melalui khotbahnya, pengkhotbah tidak hanya memberi makanan rohani kepada jemaat, tetapi juga bagi dirinya sendiri. Bagaimana caranya?

    1. Berkhotbah untuk Diri Sendiri
    2. Bagaimana mungkin pengkhotbah berkhotbah untuk diri sendiri? Sangat mungkin karena pada saat pengkhotbah menyiapkan khotbah dengan menggali Firman Allah dengan benar, maka secara tidak sadar sebenarnya pengkhotbah telah menikmati makanan rohani yang dia buat sendiri sebelum ia sajikan kepada jemaat. Sayangnya, pengkhotbah lebih sering menganggap jemaatlah yang mendapat makanan rohani, sedangkan dirinya ia melewatkan.

      Kesadaran bahwa menggali firman Tuhan, saat mempersiapkan khotbah, adalah cara dia mendapatkan makanan rohani merupakan hal yang penting. Pengkhotbah seharusnya meluangkan waktu sedikit lebih lama untuk dia sendiri menikmati keindahan firman Tuhan yang sedang dia masak (Ibrani 4:12). Jika firman Tuhan yang dia khotbahkan menjadi kekuatan bagi jemaat yang sedang mengalami kelemahan, seharusnya juga menjadi kekuatan bagi pengkhotbah sendiri. Jika firman Tuhan yang ia khotbahkan menjadi teguran bagi jemaat, seharusnya juga menjadi teguran bagi pengkhotbah sendiri, dan seterusnya. Dengan demikian, pengkhotbah juga mendapat makanan rohani dari yang ia sendiri masak (1 Timotius 4:1).

    3. Melakukan Apa yang Dikhotbahkan
    4. Menyampaikan khotbah dan menerapkan apa yang dikhotbahkan seharusnya menjadi satu paket pelayanan. Jika teguran dan tuntutan firman Tuhan berlaku bagi jemaat, harus berlaku pula bagi pengkhotbah. Alangkah munafiknya jika tuntutan firman Tuhan yang diberikan kepada jemaat tidak menjadi tuntutan bagi pengkhotbah sendiri.

      Inilah yang sering menjadi teguran Yesus kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Bahkan, Tuhan menegur dengan keras kemunafikan mereka dan berkata, "Oleh karena itu, segala hal yang mereka katakan kepadamu, lakukanlah dan perhatikanlah. Akan tetapi, jangan lakukan perbuatan-perbuatannya karena mereka mengatakannya, tetapi tidak melakukannya." (Matius 23:3)

      Bagaimana supaya tidak menjadi pengkhotbah yang munafik? Pengkhotbah juga harus berdiri sama tinggi dengan jemaat untuk tunduk pada kebenaran firman Tuhan, sekalipun dia pengkhotbahnya. Janganlah menjadi orang yang hanya mendengar firman, tetapi tidak melakukannya (Lukas 6:49). Hal ini juga ditegaskan oleh Rasul Paulus, "... kami ingin memberikan kepadamu bukan saja Injil Allah, melainkan juga hidup kami sendiri karena kamu telah sangat kami kasihi." (1 Tesalonika 2:8) Ini menggarisbawahi pentingnya pengkhotbah menjadi teladan dalam menerapkan ajaran Alkitab dalam kehidupan pribadi mereka sehingga orang lain melihat dan mengikuti contohnya.

    5. Mengevaluasi Diri
    6. Hal yang sering lupa dilakukan oleh pengkhotbah adalah secara rutin mengevaluasi hidup mereka sendiri di bawah kebenaran firman Tuhan. Paulus menulis kepada jemaat Korintus, "Ujilah dirimu sendiri untuk melihat, apakah kamu tetap di dalam imanmu. Periksalah dirimu sendiri! Atau, apakah kamu tidak mengenali dirimu sendiri bahwa Kristus Yesus ada di dalammu, kecuali kalau kamu gagal di dalam ujian." (2 Korintus 13:5)

      Ini menunjukkan pentingnya introspeksi diri dan menguji diri sendiri apakah ia juga bertumbuh melalui khotbah-khotbah yang mereka sampaikan kepada jemaat. Apakah mereka juga menghidupi khotbah dan ajaran yang mereka khotbahkan? Dengan demikian, mereka akan terus dipacu untuk mempertanggungjawabkan integritas khotbahnya sehingga dapat terus bertumbuh dalam Tuhan dan menjadi berkat.

  5. Bagaimana Membuat Hidup Pengkhotbah Menjadi Khotbah yang Hidup?
  6. Mengapa seorang pengkhotbah mendapat tuntutan yang lebih tinggi dibandingkan jemaat biasa, terutama dalam hal menjadi teladan? Sebagai pemimpin rohani, mau tidak mau seorang pengkhotbah akan terlihat lebih menonjol dibandingkan mereka yang bukan pengkhotbah. Tuntutan ini bisa menjadi tekanan yang berat untuk pengkhotbah. Bagaimana mengatasi hal ini?

    1. Menjadi "Buku yang Terbuka"
    2. Membudayakan gaya hidup yang apa adanya adalah salah satu solusi untuk menghadapi tekanan sebagai seorang pengkhotbah. Alkitab berkata, "Jika ya katakan ya" artinya mengatakan apa yang benar tidak perlu berbohong atau bermuka dua (Matius 5:37). Seorang pengkhotbah yang memiliki hidup jujur adalah seperti "buku yang terbuka", yang siap dibaca kapan saja oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Bukankah "Tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi dari pandangan-Nya. Sebaliknya, segala sesuatu telanjang dan tak tersembunyi dari mata-Nya. Kepada-Nyalah kita harus memberi pertanggungjawaban atas semua yang kita lakukan." (Ibrani 4:13)

    3. Hidup sebagai "Anak-Anak Terang"
    4. Dengan nada yang sama, Paulus menegaskan, "Dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang dalam Tuhan. Hiduplah sebagai anak-anak terang." (Efesus 5:8). Ini menunjukkan pentingnya menjalani hidup yang kudus dan tidak bercacat di hadapan Allah sehingga tidak ada tekanan yang harus disembunyikan.

      Hidup sebagai anak terang adalah jalan untuk mengejar keserupaan dengan Kristus. Sebagai pengikut Kristus, panggilan setiap pengkhotbah adalah untuk meneladani karakter Kristus, "Biarlah pikiran ini ada di antara kamu, sebagaimana juga dimiliki oleh Yesus Kristus," (Filipi 2:5).

    5. Memiliki Mentor Rohani
    6. Bagaimana jika pengkhotbah melakukan hal yang tidak sesuai dengan firman Tuhan? Siapa yang akan menegurnya? Kehidupan seorang pengkhotbah bukanlah kehidupan soliter yang tidak bersentuhan dengan orang lain. Melakukan kesalahan, bahkan melakukan dosa, sangatlah mungkin. Oleh sebab itu, memiliki mentor dan teman rohani yang dewasa secara iman sangat penting untuk mendorong pengkhotbah memiliki hidup yang berakuntabilitas. Contoh, Timotius yang memiliki mentor Paulus menjadi cermin bagi kita bahwa kita memerlukan orang lain untuk bertumbuh, terutama melalui teguran dan koreksi supaya kita bertumbuh semakin dewasa. Mari ikuti nasihat Paulus agar kita waspada dan saling mengawasi supaya kita tidak menjadi lemah dan jatuh (1 Timotius 4:16).

Sebagai penutup, di tengah segala keadaan, tetaplah bersemangat. Bahkan, pengkhotbah terbaik pun dapat mengalami kekeringan rohani dari waktu ke waktu. Justru melalui kesalahan, kelalaian, dan kecerobohan, seorang pengkhotbah akan dibentuk oleh Tuhan untuk menjadi alat yang sesuai dengan yang diinginkan-Nya. Terimalah tegurannya dengan rendah hati karena Dia akan menghibur dan menolong kita. Teruslah berjuang menjadi pengkhotbah yang tidak hanya dipakai oleh Tuhan, tetapi juga diperkenan oleh Tuhan.

"Namun, harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat supaya kelimpahan kuasa itu berasal dari Allah dan bukan dari diri kami sendiri." (2 Korintus 4:7)

Akhir Pelajaran (KUA-P05)

Doa

"Tuhan Yesus, aku bersyukur Engkau terus mengingatkan aku betapa pentingnya menjaga hubunganku dengan Engkau. Biarlah sumur rohaniku tidak pernah kering karena Engkau selalu mengisinya dengan kekayaan rohani yang berlimpah. Amin.-

Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA