OTK - Pelajaran 04
Nama Kelas | : | Orang Tua dan Keluarga |
Nama Pelajaran | : | Pola Pengasuhan Orang Tua Kristen |
Kode Pelajaran | : | OTK-P04 |
Pelajaran 04 -- Pola Pengasuhan Orang Tua Kristen
Daftar Isi
- Penerapan Kasih Kristus
- Membangun Mazbah dalam Keluarga
- Tempat Bersekutu
- Tempat Mencari Kekuatan
- Tempat Menyembah Tuhan
- Prinsip Alkitab dalam Memberi Didikan
- Tujuan dari Pendidikan
- Memperkenalkan Allah
- Keadaan Manusia yang Berdosa
- Kebutuhan akan Keselamatan
- Menjalankan Kehendak Tuhan
- Prinsip Hidup Suci
- Prinsip Didikan Berdasarkan Ulangan 6:4-9
- Mendidik Anak untuk Mengenal Allah (Ayat 4)
- Mendidik secara Berulang-Ulang (Ayat 6)
- Membicarakan Firman Tuhan Setiap Saat (Ayat 7)
- Mengikatkan Pengajaran Itu pada Lengan dan Dahi (Ayat 8)
- Menuliskan pada Tiang Pintu dan Gerbang (Ayat 9).
- Keteladanan
Doa
Pelajaran 04 -- Pola Pengasuhan Orang Tua Kristen
- Penerapan Kasih Kristus
- Membangun Mazbah dalam Keluarga
- Tempat Bersekutu
- Tempat Mencari Kekuatan
- Tempat Menyembah Tuhan
- Prinsip Alkitab dalam Memberi Didikan
- Tujuan dari Pendidikan
- Memperkenalkan Allah
- Keadaan Manusia yang Berdosa
- Kebutuhan akan Keselamatan
- Menjalankan Kehendak Tuhan
- Prinsip Hidup Suci
- Prinsip Didikan Berdasarkan Ulangan 6:4-9
- Mendidik Anak untuk Mengenal Allah (Ayat 4)
- Mendidik secara Berulang-Ulang (Ayat 6)
- Membicarakan Firman Tuhan Setiap Saat (Ayat 7)
- Mengikatkan Pengajaran Itu pada Lengan dan Dahi (Ayat 8)
- Menuliskan pada Tiang Pintu dan Gerbang (Ayat 9)
- Keteladanan
Pada pelajaran sebelumnya, kita telah belajar beberapa hal sehubungan dengan kasih orang tua kepada anak. Pemberian kasih kepada anak adalah perintah Allah, bukan saran. Kolose 3:21 mengatakan, "Bapak-bapak, jangan memicu kemarahan anak-anakmu supaya mereka tidak menjadi patah semangat." Perkataan ini adalah perintah Tuhan yang harus ditaati oleh semua orang tua, tanpa terkecuali. Demikian juga, apa pun yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya haruslah tindakan yang penuh kasih (1 Korintus 16:14). Lihat juga beberapa ayat berikut ini: 1 Korintus 13:1-13; 1 Yohanes 4:19; Yohanes 15:9; Matius 22:39; dan Galatia 5:14.
Berbicara tentang kasih, tentu saja semua orang memilikinya, terutama kasih dalam keluarga. Akan tetapi, ada perbedaan mendasar antara kasih orang tua Kristen dan non-Kristen. Dalam konsep Kristen, kita tahu bahwa semua manusia telah dicemari oleh dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Dosa tidak hanya dimiliki oleh manusia yang berbuat jahat karena janin yang masih dalam kandungan pun sudah memiliki sifat dosa (Mazmur 51:5). Hal ini disebabkan karena dosa telah diwariskan oleh Adam kepada seluruh keturunannya (Roma 5:12). Keadaan ini memengaruhi segala sifat dan perilaku manusia. Karena dosa, manusia tidak dapat memberikan kasih secara sempurna kepada sesamanya. Kalaupun manusia mampu memberikan kasih kepada sesamanya, itu hanyalah kasih yang tidak sepenuhnya, bahkan cenderung egois dan sudah tidak murni lagi.
Bagaimana manusia bisa memberikan kasih yang murni, yang tidak tercemar? Alkitab mengajarkan orang Kristen untuk mengasihi, tetapi bukan kasih dari diri kita sendiri yang sudah tercemar. Kita dapat memberikan kasih yang murni kepada anak-anak kita berdasarkan kasih Kristus. Hanya dengan kasih Kristus, seseorang mampu mengungkapkan kasih kepada sesamanya dengan baik. Kristus adalah Allah, dan Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Kasih dari Kristus adalah kasih yang murni yang sudah teruji kemurniannya lewat pengorbanan-Nya kepada manusia, seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16 yang berkata, "Karena Allah sangat mengasihi dunia ini, Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal." Tidak seorang pun yang memiliki kasih seperti ini, kecuali Kristus.
Secara umum, mazbah dipahami sebagai tempat untuk mempersembahkan kurban kepada Allah. Dalam Perjanjian Lama, istilah untuk mazbah adalah mizbeakh (bahasa Ibrani) yang berarti 'tempat kurban persembahan'. Kata tersebut berasal dari kata zavakh yang memiliki arti 'menyembelih untuk berkurban'. Selain itu, mazbah juga bisa diartikan sebagai peringatan, yaitu untuk mengingat suatu peristiwa pertemuan dengan Allah yang dianggap luar biasa (Kejadian 12:8; 13:4; 26:25; 33:20). Pada masa Perjanjian Lama, umat Allah sering kali memberikan kurban bakaran dan sembelihan di tempat-tempat tertentu seperti bukit atau Bait Suci. Persembahan diberikan dengan tujuan yang berbeda-beda, diantaranya sebagai penebusan dosa, membuat perjanjian, ucapan syukur dsb.. Melalui mazbah, umat Israel pada masa Perjanjian Lama dapat menyampaikan sesuatu kepada Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru, ada dua kata yang dipakai untuk menjelaskan mazbah. Yang pertama adalah thusiasterion, dalam bahasa Ibrani ditulis mizbeakh. Kata tersebut dipakai untuk mengingat peristiwa ketika Abraham mempersembahkan Ishak (Yakobus 2:21), kurban bakaran Bait Suci (Matius 5:23, 24; 23:18-20), dan Kerajaan Surga (Wahyu 6:9; 8:5). Kata yang kedua adalah bomos yang memiliki arti 'tempat tinggi' (Kisah Para Rasul 17:23). Jadi, apa yang dimaksud dengan "mazbah keluarga"?
Berdasarkan penjelasan di atas, kita mengambil kesimpulan bahwa "mazbah keluarga" adalah tempat kita mengingat kebaikan Tuhan dan rindu untuk terus bersekutu bersama keluarga dan menempatkan Tuhan sebagai Kepala keluarga.
Mazbah keluarga juga mengingatkan kita bahwa di tengah banyaknya tantangan yang dihadapi oleh keluarga, Tuhan selalu ada bersama kita untuk memberikan kekuatan. Kehidupan manusia pada era digital sering kali terbius oleh gaya hidup hedonisme, materialisme, egoisme, seksualisme, dan dosa-dosa lain. Karena itu, berdoa bersama dalam mazbah doa akan menolong kita bergantung kepada Tuhan.
Mazbah keluarga juga memberi kita kesempatan untuk selalu mendedikasikan keluarga kita untuk menyembah hanya kepada Allah Tritunggal. Menghadirkan mazbah keluarga akan mendekatkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak, untuk memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan karena Dialah Allah yang patut kita sembah.
Menurut Toni Reynke, kebutuhan terbesar anak atau remaja era digital bukanlah aturan-aturan tertentu atau smartphone-nya. Kebutuhan terbesar mereka adalah sebuah komunitas iman tempat mereka bertumbuh dalam Kristus, melayani, dan dilayani. Teruslah membangun mazbah keluarga Anda.
Dalam memberikan didikan, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua, yang pertama adalah tujuannya, dan yang kedua adalah prinsip-prinsip didikan berdasarkan Alkitab.
Mari kita uraikan 5 tujuan utama dari memberikan didikan:
Mendidik supaya anak mengenal Allah yang hidup, Allah yang menciptakan alam semesta, dan Allah yang kudus serta penuh kasih (Amsal 9:10). Anak harus sungguh-sungguh bertemu dengan Allah secara pribadi melalui pengalaman hidup sehari-hari supaya pengenalan mereka bukan sekadar pengetahuan tentang Allah.
Mendidik anak tentang kondisi manusia yang berdosa supaya anak menyadari keberadaannya dan kebutuhannya akan pengampunan dari Allah. Anak perlu diajarkan dari mana datangnya dosa dan apa akibat dari dosa sebagaimana yang diajarkan Alkitab.
Mendidik anak tentang keselamatan dalam Yesus Kristus. Dialah satu-satunya Juru Selamat dan tidak ada keselamatan di luar Dia. Ada banyak pengajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab yang beredar di internet, bahkan di gereja. Karena itu, ajaklah anak untuk meneliti firman Tuhan dan mendapatkan pengajaran yang tepat tentang keselamatan dalam Yesus Kristus.
Mendidik anak untuk menyadari bahwa hidupnya adalah milik Kristus dan harus terus hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Alkitab akan menjadi penuntun utama hidup mereka. Karena itu, penting sekali anak-anak bukan hanya membaca Alkitab, tetapi juga belajar menggali kebenaran Alkitab sendiri supaya mendapatkan pengalaman pribadi hidup dalam tuntunan firman-Nya dan menjalankan kehendak-Nya.
Beberapa didikan lain yang wajib diberikan orang tua kepada anak adalah tentang etika Kristen, yaitu tentang bagaimana menjalankan hidup sesuai dengan ajaran firman Tuhan. Alkitab tidak hanya mengajarkan agar anak menjadi anak yang baik, tetapi menjadi anak yang mengagumi kesucian Allah yang sempurna dan karenanya menjunjung tinggi prinsip hidup suci.
Ulangan 6:4-9 menyebut syema yisrael, yaitu pengakuan iman keesaan Allah yang paling mendasar bagi bangsa Israel. Mereka dipanggil untuk mendengarkan firman Tuhan setiap hari dengan mengucapkan syema sebanyak 3 kali. Kalimat ini wajib dilafalkan karena isi dari syema adalah sebuah penegasan bahwa Allah Israel berbeda dengan Allah yang lain. Allah telah menyatakan diri kepada bangsa Israel dan dapat dipercayai oleh bangsa Israel karena Dia tidak pernah berubah. Karenanya, syema tersebut harus tertanam dalam hati orang Israel (ayat 6), tertanam dalam hati anak-anak Israel (ayat 7), harus menjadi bagian hidup sehari-hari mereka (ayat 7), harus menjadi identitas pribadi mereka (ayat 8), dan menjadi identitas keluarga serta masyarakat Israel (ayat 9).
Garis besar prinsip-prinsip dasar Ulangan 6:4-9 adalah sbb:
Seperti yang telah diajarkan dalam Alkitab, orang tua Kristen harus mengajarkan Allah yang benar kepada anak-anaknya, yaitu Allah Yehova. Tidak ada Allah lain selain Dia. Hal ini sangat penting supaya anak-anak tidak mudah terpengaruh oleh pengajaran-pengajaran lain. Ayat-ayat pengajaran tentang Allah pada masa Perjanjian Lama: Ulangan 6:5-9; 11:13-21; Bilangan 15:37-41; Keluaran 15:11; dan Keluaran 20:3. Ayat-ayat tersebut tidak bertentangan dengan konsep tritunggal dalam Perjanjian Baru, sebab telah dimanifestasikan sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Allah menghendaki supaya firman-Nya sungguh-sungguh tersimpan dalam hati umat-Nya (Mazmur 119:11). Dalam Perjanjian Baru, Paulus menegaskan bahwa perkataan Yesus harus tertancap dalam diri umat-Nya (Kolose 3:16; 2 Timotius 3:15-17). Firman Tuhan harus tertanam dalam diri anak-anak supaya mereka sungguh-sungguh memegang ajaran Alkitab sampai akhir hidupnya.
Pembinaan rohani adalah perhatian utama orang tua Kristen (Mazmur 103:13; 2 Timotius 3:3) dan pengajaran firman Tuhan harus diberikan kepada anak pada setiap kesempatan karena memberikan pengajaran kepada anak-anak merupakan bentuk dari kasih manusia kepada Allah (ayat 5).
Setiap kebenaran yang diajarkan melalui firman Tuhan harus dibawa dan diterapkan ke mana pun dan kapan pun. Kebenaran firman Tuhan harus tertancap dalam pikiran yang melahirkan pemahaman sehingga memengaruhi sikap dan pola pikir untuk diaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari.
Istilah "tiang pintu" dan "pintu gerbang" merupakan kata kiasan cermin dari kebiasaan dari desain pembangunan-pembangunan pada zaman Musa. Kebenaran firman Tuhan harus menjadi identitas keluarga serta masyarakat Israel. Sebagai orang tua Kristen, kita harus mengakui bahwa kebenaran-kebenaran dalam Alkitab harus menjadi identitas keluarga. Keberadaan bapak, ibu, dan anak harus menjadi cermin Allah.
Pola pengasuhan terakhir yang perlu diperhatikan setiap orang tua Kristen adalah keteladanan. Dewasa ini, kita melihat anak-anak sering kali mengeluh karena merasa diperlakukan tidak adil oleh orang tuanya. Satu contoh kasus, sering kali orang tua melarang anak memakai HP untuk bermain games, tetapi pada saat yang sama, justru orang tua bermedia sosial berjam-jam. Hal ini mengakibatkan anak memiliki keraguan dan kebingungan tentang mana yang positif dan mana yang negatif.
Sebagai orang tua, keteladanan sangatlah penting. Jika orang tua hanya mampu mengajari, tetapi tidak mampu memberikan teladan, apa yang ia ajarkan hanyalah sia-sia dan ini justru merusak konsep berpikir anak atas penilaiannya terhadap sesuatu. Sikap keteladanan dalam memberikan pengasuhan juga akan memberikan keyakinan kepada anak bahwa apa yang diajarkan oleh orang tua adalah sesuatu yang benar, yang harus mereka ikuti. Sehubungan dengan keteladanan, Alkitab telah berbicara banyak kepada orang-orang percaya. Berikut ayat-ayat yang akan menolong Anda dalam memahami beberapa hal tentang keteladanan (Titus 2:7; Yohanes 13:15; 2 Tesalonika 3:9; 1 Timotius 4:12; 1 Petrus 5:3; 1 Korintus 4:6).
Akhir Pelajaran (OTK-P04)
Doa
"Tuhan, ternyata masih ada begitu banyak hal yang harus kami lakukan agar dapat menolong anak-anak kami menjadi anak yang mengasihi Tuhan. Ajari kami untuk dapat mendidik mereka dengan penuh tanggung jawab dan dalam kasih. Amin."
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA