Pelayanan Penggembalaan yang Alkitabiah
Submitted by beren on Rab, 02/12/2020 - 12:58A. Peran Doa dan Roh Kudus dalam Pelayanan Penggembalaan
A. Peran Doa dan Roh Kudus dalam Pelayanan Penggembalaan
Pada hari ini, kita mengakhiri rangkaian mengenai pengasuhan rohani. Judul yang telah saya pilih untuk berita terakhir ini adalah Perihal Menjadi Orang Tua dengan Pengharapan di Saat-saat yang Paling Buruk. Tidak ada saat-saat yang mudah untuk melahirkan dan membesarkan anak-anak. Maksud dari Kejadian 3 adalah bahwa segera setelah dosa memasuki dunia, melahirkan anak dan membesarkan anak menjadi sangat sulit. Tuhan berkata kepada Hawa, "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu." (Kejadian 3:16) Lalu, setelah Hawa dan Adam membesarkan dua anak laki-laki, salah satu di antara mereka membunuh yang lain.
Setiap manusia hidup dengan memiliki harapan sebagai pegangan atau sandaran hidupnya. Seorang wanita yang cantik berharap pada kecantikannya demi mendapatkan pasangan yang dapat menjamin hidupnya. Di sisi lain, seorang pria mungkin berharap pada kekuatan fisiknya untuk melakukan pekerjaan berat, mendapatkan uang, atau menarik perhatian lawan jenis. Di balik semua itu, setiap orang pasti memiliki sebuah ide atau harapan yang menjadi sandaran dan motivasi hidupnya. Inilah pengharapan manusia berdosa.
Yoh. 8:30–36
Kebebasan atau freedom adalah sesuatu yang sangat berharga, sehingga banyak orang rela mati demi kebebasan bangsanya. Para pahlawan memberikan jiwanya demi kemerdekaan negaranya. Film -- Braveheart -- menggambarkan secara dramatis perjuangan bangsa Scotland. Film ini sangat indah dan panjang, dan mendapatkan banyak Oscar. Meskipun banyak yang mengkritik film ini karena ada banyak hal yang tidak berdasarkan sejarah, tetapi kita bisa belajar banyak hal dari film ini. Di dalam film itu, William Wallace memimpin perjuangan bangsa Scotland, dan mengalahkan banyak musuhnya. Namun akhirnya, dia tertangkap dan dihukum mati. Musuhnya mengatakan, katakan satu kalimat saja -- surrender-, maka kamu tidak akan disiksa dan dihukum mati. Namun, dia tidak mengatakan "surrender", sehingga kepalanya ditarik ke atas dan kakinya ditarik ke bawah sampai mau putus semuanya. Dengan kesakitan yang luar biasa, akhirnya sepertinya dia akan mengatakan sesuatu. Raja musuhnya memerintahkan ikatannya dikendurkan sedikit, karena mungkin William akan mengatakan -- surrender -. Maka dengan nafas yang terakhir dia mengatakan satu teriakan -- freedom -, dan dengan kalimat itu dipenggallah kepalanya.
Kebahayaan terbesar bukan hanya ketika kita berhadapan dengan berbagai tantangan atau ancaman yang terpampang secara nyata di depan mata kita. Kebahayaan terbesar pun bisa terjadi ketika kondisi terlihat baik-baik saja. Bukan hanya angin badai yang membahayakan kita, tetapi juga angin sepoi-sepoi basa yang bisa membuat kita mengantuk dan terjatuh karena hilangnya kewaspadaan kita. Banyaknya tantangan dan ancaman sering kali meningkatkan kewaspadaan kita, tetapi kestabilan justru bisa membuai kita dalam ketenangan dan akhirnya lupa untuk terus waspada dan berjuang. Hal ini berlaku juga di dalam kehidupan rohani kita. Hal inilah yang menjadi isi dari surat Paulus kepada jemaat Filipi. Kondisi spiritual jemaat Filipi sendiri berada dalam keadaan sehat: jemaat ini tidak dikritik seperti Korintus atau Galatia, dan mereka mendukung pelayanan Paulus, baik melalui doa maupun pemberian-pemberian yang menolong pelayanannya, termasuk seorang rekan, yaitu Epafroditus. Jemaat Filipi sedemikian dikasihi oleh Paulus sehingga Paulus menyebutnya "sukacitaku" dan "mahkotaku" (Filipi 4:1). Meskipun demikian, Paulus mengingatkan jemaat Filipi untuk tidak berpuas diri, beristirahat, dan tenang-tenang, karena Injil terlalu mulia, dan dunia begitu halus dan berbahaya. Ada beberapa pesan atau dorongan yang Paulus berikan kepada jemaat di Filipi.
Minggu lalu, saya berusaha untuk menunjukkan bahwa 1 Korintus 13:8-12 mengajarkan bahwa karunia bernubuat akan berlalu ketika Yesus datang kembali -- seperti suatu gambaran yang samar-samar dalam cermin, akan mengalah kepada wajah yang hidup.
Bahasan kita kali ini adalah tentang gambaran apa yang Alkitab katakan mengenai Daniel, yaitu seseorang yang dalam hidupnya Tuhan pakai sebagai garam dan terang dunia, yang di dalamnya prinsip-prinsip ini telah dijadikan dalam bentuk narasi. Dengan prinsip-prinsip ini, diharapkan Saudara dapat menjalani hidup di hadapan Allah, di tengah dunia, sebagai garam dan terang dunia.
Menderita, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan. Dengan demikian, tidak seorang pun ingin menderita. Setiap orang selalu berupaya agar tidak sampai menanggung suatu penderitaan, sekecil apa pun itu. Namun, pada kenyataannya, banyak orang yang hidup menderita, baik itu karena miskin, sakit, atau sebab lainnya.
Ketika Anda berhenti sejenak demi merenungkan betapa Allah itu luar biasa kuat dan dapat melakukan semua yang diperkenan-Nya, dan Dia luar biasa benar sehingga melakukan hanya yang benar, dan Dia luar biasa baik sehingga segala sesuatu yang dilakukan-Nya adalah mutlak baik, dan Dia luar biasa bijaksana sehingga selalu tahu dengan sempurna apa yang benar dan baik, dan Dia luar biasa penuh kasih sehingga dalam segenap kekuatan, kebenaran, kebaikan, dan hikmat-Nya, Dia menopang setinggi-tingginya sukacita kekal dari orang-orang yang dikasihi-Nya – ketika Anda berhenti sejenak demi merenungkan hal ini, maka undangan yang sedemikian murah hati dari Allah agar kita meminta hal-hal yang baik kepada-Nya, dengan janji bahwa Dia akan mengabulkan semuanya, sungguh lebih indah daripada mimpi.
Suatu studi penelitian dari Lifeway baru-baru ini menunjukkan apa yang sudah diketahui oleh sebagian besar dari kita: orang Kristen enggan menyaksikan iman mereka.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA