Pelajaran Kepemimpinan dari Rasul Paulus
Kita bisa belajar banyak tentang kepemimpinan dengan mempelajari kehidupan tokoh-tokoh Alkitab. Sebelumnya dalam seri kita, kita telah belajar dari Yesus, Yusuf, dan Nehemia. Hari ini, kita akan melihat pelajaran kepemimpinan dari Rasul Paulus. Baru-baru ini, saya membaca kembali buku John MacArthur yaitu Called to Lead: 26 Leadership Lessons from the Life of the Apostle Paul (Dipanggil untuk Memimpin: 26 Pelajaran Kepemimpinan dari Kehidupan Rasul Paulus - Red.), di mana dia menulis -- Jika Anda menginginkan model kepemimpinan manusia, saya rasa Anda tidak akan pernah menemukan model yang lebih baik daripada Paulus. Paulus adalah pahlawan saya sebagai seorang pemimpin-.
Ada banyak pelajaran kepemimpinan yang bisa kita pelajari dari Paulus. Akan tetapi, karena Paulus menulis 13 kitab, atau sekitar 28 persen dari Perjanjian Baru, maka memberikan beberapa pelajaran kepemimpinan darinya akan menjadi sebuah tantangan. Kita bisa dengan mudah menulis buku-buku dengan pelajaran-pelajaran itu, tetapi saya akan mencobanya. Berikut adalah 8 pelajaran kepemimpinan yang dapat kita pelajari dari Rasul Paulus:
Allah dapat menggunakan siapa saja untuk menjalankan misi-Nya.
Pertama kali kita bertemu dengan Paulus, yang dulunya dikenal sebagai Saulus dari Tarsus, dalam Kisah Para Rasul, itu terjadi pada saat Stefanus dilempari batu dalam Kisah Para Rasul 7. Kita diberitahu dalam Kisah Para Rasul 8:1 bahwa Saulus menyetujui eksekusi Stefanus. Kemudian, kita diberitahu bahwa Saulus nantinya menghancurkan gereja (Kisah Para Rasul 8:3). Akan tetapi, Yesus menyelamatkan Saulus saat dia dalam perjalanan ke Damsyik, dan memilih dia, orang yang menganiaya Yesus dan gereja, untuk menjadi orang yang membawa Injil kepada orang bukan Yahudi. Ini adalah pelajaran yang bagus untuk kita. Kita mungkin tidak memiliki nilai terbaik, gelar atau pengalaman terbanyak, kemampuan berbicara atau karisma, tetapi Allah masih dapat menggunakan kita untuk tujuan-Nya sebagai pemimpin.
Pemimpin menunjukkan keberanian.
Di seluruh Perjanjian Baru kita melihat bahwa Paulus berani dalam mewartakan Injil. Dalam Roma 1:16, dia menyatakan: "Sebab, aku tidak malu akan Injil karena Injil adalah kuasa Allah untuk keselamatan setiap orang yang percaya; pertama-tama untuk orang Yahudi, dan juga untuk orang Yunani." Sebagai seorang pemimpin, dia tidak khawatir tentang menyenangkan orang atau disukai. John Maxwell pernah menulis -- Anda tidak akan pernah bisa membuat semua orang bahagia. Dan, keinginan untuk melakukannya adalah persiapan untuk menghadapi kekecewaan atau kegagalan." Dan, kita tidak perlu heran ketika kita menghadapi pertentangan. Dalam Yohanes 15:18, Yesus memberi tahu para pengikut-Nya, -Jika dunia membencimu, kamu tahu bahwa dunia telah membenci Aku sebelum membencimu.-
Pemimpin menunjukkan kerendahan hati.
Pada saat yang sama ketika Paulus bersikap berani, dia juga menunjukkan kerendahan hati. Jim Collins, penulis buku klasik bisnis "Good to Great", dalam mencari apa yang membuat perbedaan dalam perusahaan yang mampu beralih dari "baik menjadi hebat" dan mempertahankan kehebatan itu, dia mengidentifikasi dua karakteristik berbeda di antara para pemimpin perusahaan tersebut, salah satunya adalah kerendahan hati. Pemimpin yang baik perlu menunjukkan kerendahan hati. Paulus menunjukkan kerendahan hati, misalnya dalam 1 Korintus 15:9, dengan menggambarkan dirinya sebagai rasul yang paling hina, tidak layak disebut rasul. Dalam Efesus 3:8 dia menyebut dirinya yang paling hina dari semua orang kudus; dan dalam 1 Timotius 1:15 dia menyebut dirinya sendiri yang paling berdosa dari antara orang-orang berdosa. Dalam Kisah Para Rasul 21, dia pergi ke Yerusalem untuk menemui Yakobus dan murid-murid lainnya dan berkata, "Sebab, aku siap bukan hanya untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem demi nama Tuhan Yesus." Dia memberi tahu para murid tentang pelayanannya kepada orang bukan Yahudi, dengan tetap mematuhi otoritas, penilaian, dan instruksi yang diberikan kepadanya. Dia bisa saja membeli sebuah stadion, memberi tahu semua orang tentang kesaksiannya yang luar biasa dan memiliki banyak pengikut, tetapi sebaliknya dia mencari persetujuan dari para rasul lainnya.
Pemimpin mengilhami orang-orang untuk membuahkan hasil.
Salah satu hal utama yang dicari oleh para pemimpin organisasi adalah mendorong mengilhami orang-orang untuk membuahkan hasil yang besar pengaruhnya. Dalam Roma 15:16, Paulus menyatakan bahwa misinya adalah menjadi pelayan Kristus Yesus bagi orang bukan Yahudi. Dia mendemonstrasikan hasil dengan cara memimpin tim ke daerah-daerah yang belum mendengar Injil (Roma 15:20), merintis gereja, dan menunjuk pemimpin untuk gereja-gereja tersebut. Beberapa orang memperkirakan bahwa dia mungkin telah memulai hampir 20 gereja sendiri, dengan lebih banyak gereja yang dimulai oleh mereka yang dia bimbing.
Pemimpin memberikan umpan balik dan meminta pertanggungjawaban orang lain.
Paulus pertama kali datang ke Korintus dalam perjalanan misionaris keduanya, sekitar tahun 50 M. Setelah dia meninggalkan Korintus, banyak masalah serius berkembang di gereja baru di sana yang membutuhkan kepemimpinannya. Pemimpin perlu mengatasi masalah yang muncul, dengan kepemimpinan yang baik. Jika tidak, masalah akan terus berlanjut. Contoh lain dari ini adalah ketika Paulus menentang Petrus secara langsung di Antiokhia, yang kita baca di Galatia 2:11-14. Petrus makan dengan orang bukan Yahudi sampai beberapa orang dari Yakobus datang. Akan tetapi, ketika mereka datang, dia memisahkan dirinya dari orang-orang bukan Yahudi, memimpin orang-orang Yahudi lainnya untuk bertindak munafik dengannya karena takut akan kelompok yang mewajibkan sunat. Paulus melihat tingkah laku mereka tidak sejalan dengan kebenaran Injil, dan dengan demikian bersedia menanggung ketidaknyamanan konflik dengan Petrus untuk membela kebenaran Injil.
Pemimpin itu cerdas.
Pemimpin harus melakukan panggilan yang sulit. Paulus harus mengeluarkan Yohanes Markus dari timnya, yang menyebabkan perselisihan tajam antara Paulus dan Barnabas dan akhirnya perpisahan mereka. Dalam perjalanan misionaris pertama Paulus dan Barnabas, Yohanes Markus, sepupu Barnabas, menemani mereka. Namun, di tengah jalan, Yohanes Markus memutuskan untuk kembali ke rumahnya di Yerusalem, karena alasan yang tidak diberitahukan kepada kita. Belakangan, Paulus ingin kembali dan mengunjungi gereja-gereja yang mereka dirikan. Barnabas ingin membawa Yohanes Markus, tetapi Paulus berpikir sebaiknya tidak membawanya. Paulus harus cerdas ketika dia membuat keputusan yang sulit demi pelayanan dan misinya, mengetahui bahwa itu berarti Barnabas tidak lagi melayani bersamanya. Jim Collins berbicara tentang mendapatkan orang yang tepat di bus (tim Anda) dalam Good to Great.
Pemimpin membimbing orang lain.
Pemimpin harus memiliki mentor dan dibimbing oleh orang lain. Saya selalu menikmati kesempatan untuk membimbing dan calon pemimpin, sering kali merasa seperti saya belajar banyak dari mereka seperti yang mungkin mereka peroleh dari saya. Paulus membimbing Timotius, yang dia sebut anak sejatinya dalam iman (1 Timotius 1:2). Hubungan mereka, yang berfungsi sebagai model yang sangat baik untuk pendampingan, berkembang ke titik di mana dalam Roma 16:21 Paulus menyebut Timotius sebagai rekan sekerja.
Pemimpin memiliki pengaruh.
John Maxwell sering berkata bahwa kepemimpinan adalah pengaruh, tidak lebih dan tidak kurang. Dalam "Called to Lead", John MacArthur menunjukkan bagaimana kepemimpinan Paulus terwujud dalam situasi yang paling tidak mungkin — dalam sebuah kapal karam, di mana dia adalah orang dengan peringkat terendah di atas kapal yang berlayar ke Italia. Paulus adalah seorang narapidana, dan narapidana tidak memiliki otoritas. Itulah situasi Paulus dalam Kisah Para Rasul 27 ketika Paulus berada di kapal yang berlayar ke Roma. Namun, orang-orang di kapal itu mendengarkan dia. Dia punya pengaruh. MacArthur memberi tahu kita bahwa jika Anda dapat menunjukkan kepada orang-orang bahwa Anda benar-benar mengutamakan kepentingan terbaik mereka, mereka akan mengikuti Anda.
Ini hanya 8 pelajaran kepemimpinan dari Rasul Paulus. Masih banyak lagi yang bisa kita tuliskan. Pelajaran apa yang akan Anda tambahkan? (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Center for Faith & Work.com |
URL | : | https://centerforfaithandwork.com/article/leadership-lessons-apostle-paul |
Judul asli artikel | : | Leadership Lessons from the Apostle Paul |
Penulis artikel | : | Bill Pence |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA