Pemuridan dalam Keluarga
Kata “pemuridan” mungkin sudah biasa kita dengarkan dalam keseharian kehidupan persekutuan kita. Kata pemuridan erat kaitannya dengan perintah Tuhan Yesus di dalam kitab Matius 28: 19-20 yaitu “... karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Perintah ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seluruh orang percaya yaitu memberitakan Injil dan menjadikan mereka menjadi murid Kristus.
Pemuridan secara sederhana dapat diartikan dengan memuridkan seseorang atau menjadikan seseorang menjadi murid. Ketika masih mahasiswa, seringkali kita menganggap pemuridan adalah bagian dari program persekutuan, tetapi pada dasarnya pemuridan lebih dari sekedar program atau pelayanan melainkan kewajiban yang harus dipenuhi setiap pengikut Kristus. Lalu, apakah yang dimaksud dengan murid Kristus? Apakah cukup seperti hubungan antara siswa dengan guru di sekolah yang lumrah juga disebut dengan murid? Tentu tidak. Menjadi murid Kristus lebih dari sekedar hubungan guru dan murid di sekolah tetapi murid Kristus artinya adalah kita meniru Dia, melakukan pelayanan-Nya, dan menjadi sama seperti Dia di dalam proses itu (Chan & Platt, 2017). Sehingga, kata pemuridan dapat diartikan sebagai menjadikan seseorang agar mampu meniru Dia, melakukan yang Kristus lakukan dan menjadi sama seperti Kristus di dalam proses tersebut.
Dalam banyak hal, penulis seringkali diingatkan baik dalam KTB pasutri, di gereja atau pun perenungan pribadi bahwa sebenarnya keluarga adalah entitas pertama yang menjadi tempat dimulainya pemuridan. Jika pada waktu mahasiswa kita memiliki semangat yang berapi-api melakukannya, lalu mengapa ketika sudah berkeluarga kita tidak melakukannya atau terlalu longgar untuk melakukannya di dalam keluarga?
Pemuridan harus dilakukan di dalam keluarga sebab sejak semula Allah merancang keluarga untuk menjadi mitra-Nya. Dia menjadikan keluarga berkuasa (Kejadian 1: 28). Di dalam Alkitab, Allah secara konsisten memakai keluarga untuk menggenapi rencana-Nya, mulai dari Perjanjian Lama hingga Kristus hadir di dunia melalui satu keluarga. Sejak semula, keluarga ada di pikiran dan hati Tuhan (Ndoen, 2017). Sehingga, jika Allah telah merancang keluarga untuk menjadi mitra-Nya dalam menggenapi rencana-Nya maka bagian atau tugas kita adalah berjuang mewujudkan kehendak Tuhan melalui keluarga bagi seluruh dunia.
Salah satu ayat Alkitab yang mengingatkan kepada kita akan pentingnya pemuridan di dalam keluarga bagi Allah, tertulis di dalam Ulangan 6: 1 – 9 “... supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan Tuhan, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu ... Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.”
a. Kasihilah Tuhan Allahmu!
Perintah Allah yang harus diajarkan oleh orang tua adalah “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”. Yesus menegaskan kembali perintah ini di dalam Kitab Matius 22: 36-39 dan menyatakan bahwa perintah ini adalah hukum yang utama dan terutama.
Perintah ini bukanlah perintah-perintah yang tertulis dalam naskah kuno tetapi perintah permanen yang utama dan terutama yang harus diajarkan kepada anak-anak selama kita hidup di dunia ini. Tetapi zaman atau manusia menggeser perintah utama ini menjadi perintah kesekian setelah pendidikan akademik, dan ilmu-ilmu lainnya yang mengesampingkan Tuhan di dalamnya. Padahal, inti dari pemuridan adalah Allah itu sendiri.
b. Ajarlah anak-anakmu!
Perintah mengasihi Allah ini wajib diajarkan kepada anak-anakmu. Inilah yang dimaksudkan dengan pemuridan dalam lingkup keluarga bahwa kita harus mengajarkan anak-anak kita agar mengasihi Allah dengan segenap jiwa dan segenap kekuatan. Tentunya, orang tua yang mampu mengajarkan ini adalah orang tua yang juga terus belajar dan berusaha dengan segenap kekuatan untuk mengasihi Allah.
c. Perhatikan, ajarkan berulang-ulang, bicarakan, ikatkan dan tuliskan!
Allah tahu persis bagaimana manusia dengan mudahnya dapat melupakan Tuhan. Pada masa sulit atau senang, manusia berpotensi tinggi untuk melupakan Tuhan dalam kehidupannya sehingga Allah menyatakan perintah yang HARUS:
- Diperhatikan
- Diajarkan berulang-ulang
- Membicarakan apabila duduk di rumah, sedang dalam perjalanan, apabila berbaring, dan bangun.
- Mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan menjadi lambang pada dahimu
- Menuliskan perintah Allah pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu
Bahwa perintah ini adalah yang paling penting dalam hidup manusia sehingga harus diperhatikan. Bahwa manusia seringkali melupakan Tuhan dan juga lupa akan siapa dirinya di hadapan Allah, dan seringkali gagal melakukan perintah Tuhan maka Allah memerintahkan agar mengajarkan perintah Allah secara berulang-ulang. Firman Allah mengingatkan kita untuk menyatakan kasih kepada Allah kapan saja oleh karena itu sebagai orang tua harus menyediakan waktu untuk mengajarkannya dan membicarakannya setiap saat ketika bersama dan di dalam seluruh aspek.
Apa yang kita alami, baik hidup di perkotaan maupun pedesaan saat ini adalah dinamika kehidupan manusia (kemajuan teknologi, tuntutan kerja yang semakin tinggi, kemacetan, sistem pendidikan anak, dan lain-lain) saat ini membuat orang tua seringkali melupakan perintah utama ini. Prioritas keluarga atau orang tua bukan lagi menjalankan perintah ini, tetapi lebih berpusat kepada pemenuhan kebutuhan jasmani (les apa yang dibutuhkan anak, gadget tipe apa yang dibutuhkan, barang-barang bermerk, dan lain-lain). Dampaknya adalah, anak-anak yang mulai melupakan Tuhan dan rapuh serta mengalami disorientasi sama seperti orang tuanya. Disinilah pentingnya orang tua yang memiliki komunitas rohani yang dapat saling mengingatkan satu sama lainnya, sehingga ketika kita mulai lupa kita dapat diingatkan kembali. Sehingga tidaklah heran jikalau Tuhan memerintahkan agar kita mengikatkannya sebagai tanda di tangan, menjadi lambang di dahi, menuliskan di tiang rumah serta pintu gerbang; agar orang tua tidak lupa! Pada Keluaran 11:18 bahkan dikatakan kita harus menaruh perintah Allah di dalam hati dan jiwa atau dengan bahasa lainnya perintah Allah itu harus terintegrasi dengan hati dan jiwa kita sehingga apabila ini menyatu, kita akan sulit lupa untuk melakukannya.
d. Seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan Tuhan.
Jika kita setia melakukan perintah Tuhan, maka seumur hidup kita dan anak cucu kita akan menjadi generasi yang cinta Tuhan dan takut akan Tuhan. Tuhan itu sangat baik dan adil; Dia tahu betapa bodoh dan rapuhnya manusia hingga cara untuk mencintai Tuhan-pun harus diajarkan secara detail oleh Allah. Tuhan tidak memberikan perintah lalu meninggalkan dan mengintip apakah manusia bisa melakukannya lalu menghukum apabila gagal, tetapi sebaliknya Dia memberi perintah sekaligus mengajarkannya dan menyertai. Dia-lah teladan yang sempurna dalam segala hal. Inilah juga yang menjadi model bagi pemuridan di dalam keluarga. Orang tua tidak hanya mengajarkan teori saja kepada anak-anak, menuliskan di papan tulis lalu meminta anak untuk melakukannya tetapi jauh daripada itu orang tua mengajarkannya dan mendidik anak seperti Tuhan mengajarkan orang tua. Orang tua pun harus menjadi teladan bagi anak dan keluarga secara umum.
Inilah model pemuridan di dalam keluarga yang sudah Allah perintahkan dan ajarkan. Inilah kesukaan Tuhan yang harus kita penuhi selama masa kita ada di dunia. Orang tua mengajarkan anak-anak agar mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan dan saat yang bersamaan orang tua harus terus menguatkan relasinya dengan Tuhan. Pada konteks pelayanan pasutri, KTB pasutri sangatlah membantu untuk mengingatkan kita melakukan perintah ini dan tentunya tidak menghindari persekutuan-persekutuan; namun hal yang utama dan terutama adalah menjadi orang tua yang rutin membaca Firman Tuhan dan berdoa.
Soli Deo Gloria.
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | Perkantas |
Alamat situs | : | https://perkantasjakarta.org/8248 |
Judul artikel | : | Pemuridan dalam Keluarga |
Penulis artikel | : | Tiopan Sipahutar |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA