SIM - Referensi 03a
Nama Kursus | : | Studi Injil Markus |
Nama Pelajaran | : | Kristus Menyingkir dari Galilea |
Kode Pelajaran | : | SIM-R03a |
Referensi SIM-R03a diambil dari:
Judul Buku | : | Petualangan Menjelajah Perjanjian Baru |
Judul Artikel | : | Orang Biasa |
Penulis | : | Ray C. Stedman |
Penerbit | : | PT Duta Harapan Dunia |
Halaman | : | 45 -- 49 |
REFERENSI PELAJARAN 03a - KRISTUS MENYINGKIR DARI GALILEA
MARKUS
Orang Biasa
Markus 8:22-26 mencatat tindakan Tuhan yang sangat penting:
Kemudian, tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ, orang membawa seorang buta kepada Yesus dan mereka memohon kepada-Nya supaya Ia menjamah orang itu. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu, Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Apakah kamu sudah melihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu, Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: "Jangan masuk ke kampung!"
Perhatikan lokasi dari kisah ini, yaitu Betsaida. Matius menggambarkan Betsaida sebagai salah satu kota tempat Yesus pernah mengucapkan penghukuman atasnya, dengan perkataan:
"Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung." (Mat. 11:21)
Inilah kota yang telah menolak pelayanan Tuhan kita dan diri-Nya, dan Dia tidak akan mengizinkan terjadinya kesaksian lebih lanjut di Betsaida. Tuhan membawa si orang buta keluar dari kota ini sebelum Dia menyembuhkannya. Inilah satu-satunya kasus ketika Tuhan kita tidak melakukan kesembuhan langsung secara instan setelah Dia berfirman. Ketika kesembuhan total dialami si orang buta, Tuhan bahkan tidak membiarkan orang itu masuk kembali ke Betsaida karena desa ini berada di bawah penghakiman Allah setelah menolak pelayanan Sang Hamba Allah
Dalam Markus 8:27-33, kita menemukan kisah pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Kristus Sang Mesias yang kedatangan-Nya sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Insiden ini mengakhiri bagian pertama Injil Markus. Di awal bagian kedua kitab Markus, dalam Markus 8:34, Yesus semakin sering mengajar para murid-Nya berkaitan dengan kematian akan dialami-Nya di kayu salib -- pelayanan penebusan Sang Hamba.
Sekarang, kita tiba pada tema besar kedua dari kitab Markus -- tema bahwa Yesus datang untuk menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. Yesus menyatakan tema muram ini ketika Dia mulai mengajarkan kepada para murid-Nya tentang kematian-Nya.
"Kemudian, mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mrk. 8:31-33)
Sejak saat itulah, pandangan Tuhan kita mengarah ke Yerusalem dan salib. Dia akan menjadi persembahan Allah, Sang Hamba yang menyerahkan diri sepenuhnya sebagai korban tebusan bagi orang-orang yang hendak diselamatkan-Nya dan dilayani-Nya melalui kedatangan-Nya. Pengungkapan rencana-Nya ini diberikan dalam nas ini. Dia datang untuk menderita, ditolak, dibunuh, dan dibangkitkan kembali setelah hari ketiga.
Lalu, siapakah yang berdiri untuk menggagalkan rencana ini? Bukan Yudas Iskariot! Bukan Pontius Pilatus! Bukan roh jahat tertentu! Tidak, pelakunya adalah sahabat terdekat dan terpercaya dari Yesus -- ia yang baru saja mengakui bahwa Yesus adalah Kristus, Sang Mesias! Tanggapannya kepada Yesus adalah, "Jangan korbankan diri-Mu, Tuhan! Selamatkan diri-Mu!" Ini selalu menjadi cara dari manusia yang telah jatuh dalam dosa. Filosofi dunia ini adalah, "Selamatkan dirimu. Layani dirimu sendiri. Jangan lakukan apa pun yang tidak perlu kau lakukan." Inilah filosofi dominan dari zaman kita!
Namun, Yesus menegurnya, "Petrus," demikian kira-kira Dia berkata, "Aku tahu dari mana datangnya perkataanmu itu. Itu adalah hikmat Iblis, bukan Allah. Jangan mengatakan hal itu lagi di hadapan-Ku."
Lalu, Yesus memanggil orang banyak kepada-Nya, bersama para murid-Nya, dan berkata kepada mereka, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku" (8:34). Menyelamatkan diri sendiri, mengutamakan diri sendiri, dan memuaskan diri sendiri adalah cara si jahat. Penyerahan diri adalah cara Allah. Itulah rencana yang dinyatakan Kristus di sepanjang Injil Markus, rencana untuk menyerahkan diri-Nya sendiri sebagai korban tebusan bagi Anda dan saya. Peristiwa tentang Yesus dimuliakan di gunung dinyatakan di pasal 9. Di sini, Yesus menyatakan maksud-Nya dan tujuan-Nya.
Kata-Nya lagi kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa." Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes, dan bersama-sama dengan mereka, Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ, mereka sendirian saja. Lalu, Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Tampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan, sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. (9:1-8)
Yesus mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes naik ke puncak gunung, dan di sana-seperti yang dijanjikan Yesus, mereka melihat "Kerajaan Allah datang dengan kuasa". Mereka tidak perlu melewati kematian untuk melihat kemuliaan Sang Raja -- mereka menyaksikannya dengan mata duniawi mereka yang fana. Petrus merujuk peristiwa ini dalam suratnya yang kedua:
Sebab, kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai Raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Suara itu kami dengar datang dari surga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus (2 Ptr. 1:16-18).
Mengapa Yesus mengawali insiden ini dengan pernyataan, "Di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa"? Karena maksud-Nya bagi umat manusia, yang menjadi tujuan utama karya penebusan-Nya, adalah agar umat manusia tidak perlu merasakan kematian. Dia datang untuk melepaskan kita dari sengat maut, dari rasa kematian yang menyesatkan. Orang-orang Kristen akan mati, tetapi mereka tidak akan pernah mengalami kematian. Kematian justru menjadi pintu gerbang menuju kepada kehidupan. Mengapa Rasul Paulus dapat mengatakan dengan begitu yakin, "Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (1 Kor. 15:55) Karena, sebagaimana diberitahukan di dalam Ibrani 2:9 kepada kita, Yesus menjalani kematian bagi semua orang, bagi Anda dan bagi saya, supaya kita tidak perlu mengalaminya.
Para murid tidak memahami tujuan Tuhan atau perkataan-Nya tentang kehidupan dan kematian. Di Markus 9:9-10, kita membaca:
Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka supaya mereka jangan menceritakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati".
Apa artinya bangkit dari antara orang mati? Itu berarti bangkit dari antara orang mati! Yesus sudah menyatakannya dengan sedemikian jelas. Dia akan menderita. Dia akan mati. Dia akan bangkit dan hidup kembali. Para murid menganggapnya perkataan kiasan ketika Yesus menyatakan kebenaran secara harfiah, lugas, dan praktis.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA