Apa Itu Pernikahan Alkitabiah? Landasan, Definisi, dan Prinsip
Apa Itu Pernikahan?
Ini adalah pertanyaan yang Alkitab pegang kuncinya karena Allah menciptakan pernikahan dan mengungkapkannya dalam Kitab Suci.
Mengingat kebingungan dalam budaya kita dan di gereja-gereja kita, menyetujui arti dasar pernikahan tidak lagi merupakan hal yang bersifat "otomatis". Definisi pernikahan itu sendiri menjadi perhatian utama. Diperlukan definisi istilah yang jelas. Sebagaimana David J. Ayers mengawali buku Christian Marriage: A Comprehensive Introduction, "Jika Anda mencoba untuk berbicara tentang sesuatu, tetapi tidak dapat mendefinisikannya dengan jelas, Anda secara harfiah 'tidak tahu apa yang Anda bicarakan'!"
Untuk menguraikan pemahaman Kristen yang kuat tentang pernikahan, Ayers memulai dengan beberapa landasan alkitabiah tempat dia memperoleh prinsip-prinsip penting untuk membangun sebuah definisi.
Dasar-Dasar Pernikahan yang Alkitabiah
Kejadian 2:18-24 adalah perikop dasar dalam Kitab Suci tentang pernikahan. Allah menciptakan dan meresmikan pernikahan untuk ciptaan-Nya yang belum jatuh, dan "akar pemahaman kita tentang pernikahan adalah bahwa, dalam pernikahan, suami dan istri menjadi satu daging" (hlm. 18). Perikop ini dianggap mendasar bagi tokoh-tokoh Kitab Suci, seperti Yesus (Mat. 19:4-6) dan Paulus (Ef. 5:28-32).
Pernikahan di mana Allah sendiri yang menjadi comblang dan pelayannya adalah hal yang mengawali dan mengakhiri Alkitab (Kej. 2:18-24; Why. 19:9; 21:2-3). Yesus menggunakan suatu pernikahan Yahudi sebagai kesempatan untuk melakukan mukjizat pertama-Nya (Yoh. 2:1-11). Bejana sederhana dari pernikahan perjanjian, yang diciptakan sebelum kejatuhan Adam yang menuntun ke kebutuhan kita akan penebusan, mengungkapkan dan melambangkan bagi kita misteri Injil dan hubungan Kristus dengan umat perjanjian-Nya (Ef. 5:32). Baik Yesaya (54:5-6) maupun Hosea (2:16-20) menggambarkan hubungan Allah dengan umat-Nya yang bersifat menebus ibarat hubungan seorang suami kepada istrinya, menunjuk langsung kepada Kristus. Jelas bahwa pernikahan, khususnya pernikahan Kristen, merupakan "kanvas tempat Roh Kudus Allah melukiskan Injil". Seperti geode -- yang dari luar kelihatan tidak lebih dari batu yang seperti kentang -- Allah telah memenuhi pernikahan dengan misteri dan keajaiban di dalamnya.
Selain itu, Kitab Suci memberi tahu kita bahwa berkat sederhana dari pernikahan yang saleh adalah salah satu karunia terkaya yang dapat kita terima dari Allah, melebihi uang, ketenaran, atau kekuasaan. Daud menggambarkan upah Allah bagi orang yang takut akan Tuhan: "Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang berbuah di dalam rumahmu, anak-anakmu akan menjadi seperti tunas-tunas pohon zaitun sekeliling mejamu" (Mzm. 128:3). Dalam salah satu perikop terindah dalam Pengkhotbah (9:9, AYT), kita menemukan saran yang menyentuh hati ini: "Nikmatilah hidup bersama istri yang kaucintai sepanjang hari-hari kehidupanmu yang sia-sia, yang telah diberikan kepadamu di bawah matahari, sepanjang hari-hari kesia-siaanmu. Sebab, itulah bagianmu dalam hidup ini dan dalam kerja kerasmu yang kamu usahakan di bawah matahari." (hlm. 2)
Prinsip Dasar Pernikahan
Menarik kesimpulan dari Kitab Suci dan tradisi, Ayers membuat pernyataan-pernyataan berikut tentang pernikahan:
1. Pernikahan ditetapkan dan diperintahkan oleh Allah.
2. Pernikahan adalah kontrak dan perjanjian.
3. Pernikahan bersifat agamawi dan sipil.
4. Pernikahan bersifat pribadi dan umum.
5. Pernikahan membutuhkan persetujuan bersama.
6. Pernikahan adalah untuk semua jenis orang.
7. Pernikahan bersifat heteroseksual dan monogami.
8. Pernikahan tidak boleh terjadi di antara keluarga dekat.
9. Pernikahan adalah untuk seumur hidup.
10. Pernikahan adalah penyatuan seksual.
11. Pernikahan itu sakral, tetapi bukan sakramen.
Definisi Pernikahan Menurut Alkitab
Setelah memberikan dasar dan menguraikan prinsip-prinsip penting, Ayers menyimpulkan dengan definisi kerjanya untuk pernikahan:
Pernikahan adalah institusi masyarakat manusia yang tak tergantikan dan bersifat inti, yang diciptakan oleh Allah sebelum kejatuhan Adam dan Hawa, yang mengomunikasikan kebenaran spiritual yang mendalam, termasuk berbicara kepada umat manusia tentang hubungan Allah dengan umat-Nya, menunjuk kepada pernikahan antara Kristus dan Gereja-Nya pada akhir sejarah. Dalam pernikahan, seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang tidak dibatasi oleh kondisi yang akan membatalkan persatuan mereka, dan yang sepenuhnya mengetahui semua hal yang relevan, dengan bebas dan terbuka memasuki perjanjian pernikahan, melalui sumpah yang khidmat, untuk menerima dan memenuhi semua kewajiban pernikahan, termasuk hubungan seksual yang eksklusif, sepanjang hari-hari selama keduanya masih hidup. Mereka mewujudkan sumpah ini melalui hubungan seksual. (hlm. 37)
Artikel ini dikutip dari Christian Marriage: A Comprehensive Introduction karya David J. Ayers (Lexham Press: 2019).
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Logos |
Alamat situs | : | https://logos.com/grow/what-is-biblical-marriage-11-essential-principles |
Judul asli artikel | : | What Is Biblical Marriage? Foundations, Definition, and Principles |
Penulis artikel | : | Jake Mailhot |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA