PDA- Pelajaran 04
Nama Kelas | : | Pengantar Doktrin Alkitab |
Nama Pelajaran | : | Sifat-sifat Alkitab (1) |
Kode Pelajaran | : | PDA-P04 |
Pelajaran 04 -- SIFAT - SIFAT ALKITAB (1)
Daftar Isi
IV. Sifat-sifat Alkitab (1)
- Kewibawaan (Authority)
- Bukti-Bukti Kewibawaan Alkitab
- Penerimaan Terhadap Kewibawaan (otoritas) Alkitab
- Ineransi (ketidakbersalahan Alkitab)
- Pengertian/Definisi
- Pentingnya Ineransi
- Dasar Penerimaan Ineransi
- Bagaimana Jika Naskah Asli Alkitab Sudah Tidak Ada?
- Teori Ineransi
- Kejelasan (Clarity)
- Pengertian/Definisi
- Bagaimana Kita Bisa Mengerti atau Menafsirkan Isi Alkitab Secara Jelas, Benar, dan Tepat?
Doa
PELAJARAN 04 : Sifat-sifat Alkitab (1)
A. SIFAT-SIFAT ALKITAB (1)
Alkitab berotoritas mutlak dan merupakan satu-satunya standar untuk mengevaluasi serta memahami segala sesuatu (2 Timotius 3:16-17). Alkitab berdiri sebagai hakim dari segala sesuatu dan tidak pernah dihakimi oleh sumber lain apa pun. Mengapa demikian? Jawabannya, karena Alkitab adalah firman Allah, maka tidak mungkin ada otoritas lain yang lebih tinggi dari itu. Secara sederhana dapat ditegaskan bahwa Alkitab harus dipercaya dan diikuti karena Alkitab adalah firman Tuhan yang mutlak atau benar. Alkitab adalah satu-satunya otoritas dalam setiap bidang kehidupan. Berikut ini fakta-fakta mengenai keautentikan Firman Allah.
- Kewibawaan (Authority)
- Bukti-Bukti Kewibawaan Alkitab
- Penerimaan Terhadap Kewibawaan (Otoritas) Alkitab
- Ineransi (Ketidakbersalahan Alkitab)
- Pengertian/Definisi
- Pentingnya Ineransi
- Dasar Penerimaan Ineransi
- Bagaimana Jika Naskah Asli Alkitab Sudah Tidak Ada?
- Teori Ineransi
- Pandangan Reformator
- Bagaimana dengan Bagian-bagian Alkitab yang Dipermasalahkan?
- Kejelasan (Clarity)
- Pengertian/Definisi
- Bagaimana kita bisa mengerti atau menafsirkan isi Alkitab secara jelas, benar, dan tepat?
Alkitab adalah firman Allah; tidak memercayai atau menaati Alkitab berarti tidak percaya atau tidak taat kepada Allah. Dengan kata lain, Alkitab memegang otoritas tertinggi dan terakhir terhadap iman dan kehidupan orang percaya karena Alkitab adalah firman yang datang dari Allah sendiri.
Pada banyak bagian dalam Alkitab dikatakan, "Demikianlah firman Tuhan...." Bentuk kalimat ini dalam Perjanjian Lama identik dengan bentuk kalimat, "Demikian kata Raja...." yang berarti suatu titah yang datang dari pemilik kekuasaan/otoritas tertinggi (raja) dan tidak dapat diganggu gugat, harus dilakukan dan dilaksanakan (misalnya: Bilangan 22:38; Ulangan 18:18-20; Yeremia 1:9). Dalam Perjanjian Baru, ada beberapa ayat yang jelas sekali menunjukkan bahwa tulisan dalam Perjanjian Lama adalah firman Allah (misalnya: 1 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:21). Dalam Perjanjian Baru juga terdapat ayat-ayat yang menunjukkan bahwa tulisan dalam Perjanjian Baru adalah firman Allah (misalnya: 2 Petrus 3:16; 1 Timotius 5:18; 1 Korintus 14:37; Yohanes 14:26; 16:13).
Penerimaan orang percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah berasal dari keyakinan, yang diberikan oleh Roh Kudus, dalam hati manusia yang sudah diperbarui. Dengan demikian, penerimaan akan kewibawaan (otoritas) Alkitab dalam kehidupan orang percaya adalah karena iman, bukan datang dari manusia itu sendiri (bdk. 1 Korintus 2:13-14; Yohanes 10:27).
Secara umum, "ineransi" diartikan bahwa Alkitab (PL dan PB) adalah seluruhnya firman Allah yang ditulis tanpa kesalahan pada naskah aslinya. Istilah "ineransi" sering kali dicampuradukkan dengan istilah "Infalabiliti", yang memiliki arti bahwa Alkitab tidak mungkin menyesatkan karena semua ajaran-Nya adalah kebenaran (tidak melawan ajaran moral). Sedangkan, penekanan "ineransi" adalah kualitas bebas kesalahan tulisan dan data yang ada dalam Alkitab. Doktrin tentang ketidakbersalahan Alkitab sangat penting sebab akan memengaruhi doktrin yang lain dan etika Kristen. Misalnya, dalam hal doktrin tentang dosa, penciptaan, Allah, mukjizat, dan keselamatan. Pandangan tentang ineransi Alkitab juga akan menentukan pandangan seseorang terhadap etika, perkawinan, dsb..
Sangat penting bagi orang Kristen untuk memegang kepercayaan bahwa Alkitab seluruhnya adalah benar (tidak ada salahnya) karena Alkitab adalah firman yang datang dari Allah sendiri, yang adalah sempurna dan tidak berdusta. Jika kita tidak memercayai ketidakbersalahan Alkitab, maka kewibawaan Alkitab pun sulit dipertahankan karena berarti kita tidak dapat sepenuhnya memercayai Allah.
Penerimaan "ineransi" bukan berdasarkan pada kemampuan manusia dalam menilai Alkitab, tetapi berdasarkan keyakinan bahwa:
- Allah adalah kebenaran. Oleh karena itu, segala sesuatu yang difirmankan Allah adalah benar.
- Allah tidak pernah berdusta. Jadi, apa yang dikatakan-Nya pasti benar. (Ibrani 6:18; 2 Timotius 2:13).
- Alkitab sendiri menyebut diri-Nya sempurna (Mazmur 19:8), murni (Mazmur 19:9), tepat (Mazmur 19:9), benar (Mazmur 119:43), dan kekal (Mazmur 119:89; Matius 24:34).
- Roh Kudus memberikan pengawasan penuh kepada para penulisnya, sehingga mereka menuliskannya dengan benar, tanpa kesalahan.
- Ukuran kebenaran Alkitab adalah "arasional". Akal manusia bukanlah standar ukuran yang dipakai.
Memang diakui bahwa kita sudah tidak lagi memiliki naskah asli Alkitab. Yang ada hanyalah salinan aslinya. Penyataan asli yang tertulis memiliki tiga kategori.
- Penyataan asli (bukan salinan) yang telah selesai ditulis seluruhnya.
- Penyataan salinan yang ditulis kembali sesuai dengan aslinya (disebut salinan asli).
- Alkitab, secara kanon, merupakan kesatuan organisasi yang tidak dapat diambil dari konteks keseluruhan isi kitab.
Ada beberapa macam teori "ineransi" yang diajukan.
- Ineransi Penuh (Full Inerancy)
Alkitab bukanlah kitab ilmiah atau pun sejarah. Oleh karena itu, tidak dituntut ketepatan yang empiris. Dengan mengerti konteks dan latar belakang budaya kemungkinan besar ketidaktepatan belum tentu suatu kesalahan.
- Ineransi Mutlak (Absolute Inerancy)
Semua data dalam Alkitab adalah benar, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran ilmiah dan sejarah. Kebenaran Alkitab seharusnya juga dapat dibuktikan dari semua sudut termasuk ilmiah dan sejarah.
- Ineransi Terbatas (Limited Inerancy)
Kebenaran Alkitab dapat dibuktikan hanya dari segi doktrin/pengajarannya yang berhubungan dengan keselamatan. Jika ada kesalahan data yang lain, tidak apa-apa karena itu tidak menjadi kepentingan Alkitab.
Pandangan "ineransi" Alkitab tidak dapat dipisahkan dengan inspirasi. Jika firman Allah diberikan oleh Allah, maka itu tidak mungkin tunduk pada kekeliruan manusia. Memang diakui ada masalah-masalah dalam Alkitab yang sampai sekarang belum dapat dipecahkan, tetapi hal itu belum cukup membuktikan bahwa Alkitab bersalah. Kebenaran ini mencakup ajaran (doktrin), pola hidup (etika), atau pun peristiwa-peristiwa yang terjadi (sejarah).
Dengan demikian, kita memercayai ineransi Alkitab karena Alkitab diilhamkan oleh Allah yang sempurna. Kesempurnaan Allah atau sifat-sifat Allah menjamin bahwa kata-kata Alkitab tidak mengandung kesalahan dan sempurna dalam penulisannya.
Dalam hal Alkitab yang "ineransi", kaum Injili berpegang pada suatu "komitmen teologi", yaitu kepercayaan terhadap keyakinan iman yang dipegang sebagai ketaatan kepada pribadi dan ajaran Alkitab. Kepercayaan ini tidak dibangun secara empiris (berdasar pengalaman) juga bukan sebagai hasil penelitian dari naskah asli. Oleh karena itu, setiap kesulitan yang ditemui harus diteliti dan dipelajari dengan tunduk pada otoritas Allah.
Kejelasan Alkitab diartikan bahwa Alkitab ditulis sedemikian rupa sehingga jelas maksud pemberitaan dan pengajaran-Nya, sehingga dapat dimengerti oleh setiap orang yang sungguh-sungguh membaca dan mencari pertolongan Tuhan serta bersedia melakukan firman Tuhan itu. Namun demikian, tidak berarti bahwa semua bagian Alkitab akan dapat dimengerti dengan mudah. Tidak juga berarti bahwa setiap orang akan mengertinya dengan benar. Namun, untuk mengerti isi Alkitab dengan benar seseorang harus memiliki persyaratan moral dan rohani tertentu (1 Korintus 2:14). Juga, ada kemungkinan bahwa seseorang dapat mengerti satu bagian Alkitab dengan lebih jelas daripada orang lain (2 Petrus 3:16).
Kesulitan manusia untuk mengerti/menafsirkan isi Alkitab sering kali dikarenakan oleh pikiran manusia yang dibutakan oleh dosa, bukan karena kemampuan intelektual mereka. (1 Korintus 1:18-3:4; Ibrani 5:14; 2 Petrus 3:5).
- Hanya dalam terang Roh Kudus-lah manusia dapat mengerti firman Tuhan dengan benar dan tepat (Efesus 3:4, 5; 1 Korintus 2:12, 13; Yohanes 14:26; 16:13-15; 2 Petrus 1:21).
- Mempunyai motivasi yang benar, tidak untuk kesombongan, keserakahan, kepentingan diri sendiri, dan tidak kurang iman (tidak percaya) (Lukas 24:25; 2 Korintus 4:3-4).
- Mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk menafsirkan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip menafsirkan yang sehat dan mengembangkannya sebagai keterampilan, maka kita akan dapat menafsirkan dengan baik. Sarana-sarana untuk penafsirkan juga sangat berpengaruh dalam mendapatkan data yang lengkap.
Akhir Pelajaran (PDA-P04)
DOA
"Berikan kepada kami hati yang mencintai firman-Mu, firman yang memiliki sifat-sifat yang luar biasa. Betapa bersyukurnya kami karena menyadari anugerah yang sungguh indah ini. Karena itu, tuntunlah kami untuk terus menganggumi firman-Mu dan melakukan-Nya dari hari ke hari untuk kemuliaan nama-Mu. Amin"
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA