Pokok Anggur yang Benar
Dalam abad ini, banyak orang mengira mereka telah mengalami pekerjaan Roh Kudus. Namun, jika kita kaji dengan teliti berdasarkan terang firman Allah, nyata bahwa kebanyakan orang yang sering mengatakan bahwa dirinya dipenuhi Roh Kudus itu kurang mempunyai pengertian dan bahkan belum mempelajari mengenai ajaran Roh Kudus secara ketat dan sempurna dalam Alkitab. Kita perlu memiliki pengertian berdasarkan wahyu Tuhan dalam Alkitab mengenai Roh Kudus. Dalam pasal 14 dan 16 dari Injil Yohanes, Tuhan Yesus memberikan pengajaran mengenai Pneumatologi, doktrin Roh Kudus.
Dalam Matius 5, Yesus berbicara mengenai Kerajaan Allah yang menjadi pengharapan dan fase baru di dalam sejarah manusia. Pengajaran teragung ini ditujukan kepada para murid-Nya, serta juga didengarkan oleh ribuan orang. Namun, ketiga pasal penutup dalam Injil Yohanes ini hanya didengarkan oleh 12 murid saja. Ini merupakan pengajaran yang eksklusif yang sangat penting dan mendalam, sebagai suatu ungkapan rahasia kebenaran Allah.
A. Kesejatian dan Buah yang Lebat
Yohanes 15 menyatakan mengenai hidup berbuah dan hidup bersatu dengan Kristus, union with Christ. Dalam pasal 10 Tuhan Yesus menyatakan diri, "Akulah pintu" dan "Akulah gembala yang baik." Namun dalam pasal 15 ini, Tuhan Yesus menyatakan diri dengan satu istilah remeh dan hina, "Akulah pokok anggur yang benar (sejati)." Yesus menyamakan diri dengan tumbuhan yang begitu remeh. Yohanes 15:1 dan 8 mempunyai istilah yang penting sekali, yang saling mengisi dan menjelaskan satu dengan yang lain. Ayat 1 mengatakan tentang "yang benar", yaitu kualitas dan kesejatian. Sedangkan ayat 8 menyebutkan "banyak", yaitu jumlah atau kuantitas. Di sini, kualitas dan kuantitas saling melengkapi.
Yesus mengatakan, "Akulah pokok anggur yang sejati" dan "kamu harus berbuah banyak." Gereja selalu menjadi timpang dan tidak seimbang karena hanya menekankan salah satu aspek saja entah itu dari kualitas atau kuantitas. Banyak gereja sekarang memperhatikan dan memperdebatkan mengenai pertumbuhan gereja, tetapi penekanan mereka cenderung hanya di dalam aspek kuantitas semata-mata. Kuantitas yang identik dengan banyaknya orang yang datang ke gereja. Siapapun yang datang, asal anggota gereja bertambah, akan menjadikan gereja itu berkembang; demikian teori mereka. Banyak orang berkata "Lihat, gereja anu begitu banyak anggotanya. Bukankah itu menunjukkan bahwa Tuhan memberkatinya?"
Namun, iman yang berdasarkan firman Tuhan tidak bisa menerima kuantitas sebagai tanda satu-satunya sebuah gereja diberkati oleh Tuhan. Kuantitas harus diuji dengan kualitas dan kualitas harus diisi dengan kuantitas. Orang-orang yang dipengaruhi oleh kekristenan sepanjang sejarah gereja seperti orang Marcion, Arius, Gnostik, Neo Platonis ataupun Manichaeis sudah pernah berkembang menjadi besar dan menganggap Yesus adalah nabi dan orang suci, tetapi ajaran mereka tetap tidak bisa kita terima menjadi sejajar dengan kebenaran Alkitab. Mari kita membedakan dengan jelas berdasarkan suatu kriteria yang penting yaitu, kualitas dan kebenaran dari pengajaran.
Yesus berkata, "Aku adalah pokok anggur yang sejati ... maka kamu harus berbuah banyak." Ayat 1 mementingkan kualitas, baru dilanjutkan dengan ayat 8 yang menekankan akan kuantitas. Kuantitas harus berdiri di atas kualitas. Jika kualitas tidak menjadi dasar dari kuantitas, kuantitas akan menyelewengkan, mencairkan dan membengkokkan, serta mengubah esensi kekristenan yang sejati. Kuantitas bukan kualitas, kualitas bukan kuantitas. Kualitas dan kuantitas tidak perlu berbenturan, sebaliknya bisa bekerja seiring sejalan. Namun demikian, kita harus berdasarkan kualitas sebagai pokok, baru menuntut kuantitas.
Mengapa Tuhan Allah tidak memakai setiap orang untuk dipercayakan melakukan pekerjaan Tuhan yang besar? Waktu Taurat diberikan kepada Israel, saat itu 3000 orang dibinasakan. Pada waktu Tuhan mau memakai sekelompok orang untuk menyatakan kemenangan besar, Dia menyaring dari antara puluhan ribu orang sampai tersisa 300 orang saja yang dipimpin oleh Gideon. Semua ini mengajarkan kepada kita suatu hal yang sering tidak kita pedulikan, yaitu kualitas. Kita menganggap bahwa Tuhan harus berterima kasih kepada kita jika kita melayani Dia. Kita menganggap bahwa Tuhan memerlukan uang kita, bahkan jika kita bisa membawa banyak jiwa kepada Tuhan, kita cenderung menganggap diri sebagai orang yang hebat dan sukses.
Prinsip dari Tuhan mengatakan, "Saring dahulu sampai orang-orang itu betul-betul mengasihi Aku dan murni hatinya." Jika orang yang mau melayani Tuhan, tidak mau melewati ujian dan saringan Tuhan, Tuhan sendiri yang akan menyaring dengan tangan-Nya yang kuat untuk menyingkirkan orang-orang yang tidak beres. Kalau motivasi kita tidak dimurnikan oleh darah Yesus Kristus dan jika kita melayani Dia hanya untuk mencari muka ataupun kedudukan dan kemuliaan dengan kegiatan kita, Tuhan akan turun tangan menyaring kita.
Waktu Uza berusaha menolong peti perjanjian yang sedang miring, Tuhan membunuh dia. Tuhan tidak memerlukan orang yang tangannya tidak beres. Waktu Ananias dan Safira mempersembahkan uangnya dengan tidak jujur, Tuhan menyingkirkan mereka. Petrus berkata, "Kalian bukan menipu manusia melainkan Tuhan." Mereka harus mati pada saat itu juga karena Tuhan menyaring umat-Nya. Ketika Bileam menjadi nabi yang tidak lagi taat kepada Tuhan, dia disingkirkan oleh Tuhan. Yesus mengatakan, "Akulah pokok anggur yang sejati."
Bukankah kita harus menjadi gentar melihat begitu banyak orang yang kelihatan giat bagi Tuhan, tetapi pada suatu hari mungkin disingkirkan oleh Tuhan? Bukankah kita harus menjadi gentar melihat orang yang kelihatan berusaha menolong Tuhan, tetapi tidak mengerti bahwa Tuhan tidak memerlukan pertolongan siapapun? Tuhan akan menyaring dan menyingkirkan dia. Tuhan akan memakai sekelompok orang yang murni mau melayani Dia untuk melakukan pekerjaan yang besar. Jangan bermain-main dengan Tuhan! Dia Maha Suci. Tidak ada seorangpun yang dapat mempermainkan Dia. God is consuming fire, Tuhan kita adalah api yang menghanguskan.
Mengapa banyak orang Kristen yang waktu muda kelihatan beres, tetapi setelah tua menjadi bengkok? Mengapa banyak penginjil yang mula-mula begitu rendah hati, tetapi setelah sukses menjadi sombong luar biasa? Jawaban dari seorang pendeta atas pertanyaan itu adalah satu kalimat pendek, "Kalau Anda adalah emas murni, mengapa harus takut api?" Kalimat ini pendek, tetapi penuh kekuatan. Kita tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal untuk mulai melayani Tuhan, yang penting adalah murnikan hati Anda sampai Anda menjadi seperti emas yang sejati, murni dan tidak takut api. Hendaklah motivasi kita murni, pelayanan kita murni, dengan hasrat mau dipakai Tuhan dengan sungguh. Kekristenan berdiri di atas dasar kesungguhan dan kesejatian.
Sejati, baik, dan indah merupakan idaman dari kebudayaan manusia.True, good, and beautiful ketiganya merupakan arus pokok yang penting dalam kebudayaan Barat dan Timur. Barang siapa mempunyai kesungguhan sebagai dasar dan mempunyai kebaikan sebagai motivasi serta mempunyai keindahan dalam penyampaian, orang itu boleh dikatakan sangat sempurna. Bahkan seorang filsuf di Tiongkok mengatakan bahwa sebenarnya agama boleh diganti dengan tiga esensi ini. Filsuf tersebut berteori bahwa yang manusia perlukan bukanlah ibadat, moralitas, atau apapun, tetapi manusia membutuhkan kesungguhan, kebajikan, dan keindahan dalam seluruh aspek hidup. Namun, iman Kristen Reformed menolak teori itu karena sebenarnya kesungguhan tidak mungkin dicapai oleh manusia kalau kita tidak beribadah kepada Tuhan dan tidak memiliki hidup dalam Kristus.
Kesungguhan hanya ada pada Kristus. Dalam Dia tidak ada hal-hal yang palsu, tidak ada topeng dan kemunafikan. Tuhan Yesus berkata kepada orang Farisi, "Celakalah kamu, karena di luar kalian terlihat indah, tetapi di dalamnya penuh dengan tulang yang busuk." Jika kita tersenyum di luar , sementara di dalam penuh dengan kebencian, apa gunanya kita menjadi orang Kristen? Kalau orang mempunyai kesopanan, tetapi hatinya tidak percaya kepada orang lain, penuh dengan kejahatan dan pikiran tidak benar, bagaimanakah dia dapat bersaksi bagi Tuhan?
Orang yang luar dan dalamnya sama memang tidak mudah mendapat teman akrab. Dia selalu disalah-mengerti orang lain dan selalu kurang indah dalam penampilan. Namun walaupun banyak kelemahannya, orang itu masih diberkati Tuhan karena kesungguhannya. Belajarlah menjadi orang yang sungguh-sungguh. Belajarlah mempunyai cinta, rendah hati, pelayanan, kehidupan, iman, dan rohani yang sungguh. Orang yang rohaninya sungguh-sungguh kurang baik masih lebih baik daripada orang yang kerohaniannya baik di luar palsu di dalam. Orang yang sungguh-sungguh congkak lebih baik daripada orang yang rendah hatinya palsu.
B. Kekekalan Kristus Dinyatakan
Istilah "Aku adalah", yang diucapkan Yesus selalu merupakan suatu pengenalan diri Kristus dalam satu esensi Ilahi yang sejati dan kekal. Dalam Keluaran 2:14, Tuhan berfirman kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Allah menyatakan dengan tuntas, I AM THAT I AM, Dia adalah Allah yang tidak berubah. Siapakah yang tidak pernah berubah? Benda tidak berubah bentuk karena waktu, tetapi benda itu akan menjadi rusak dan hancur. Bumi, gunung, galaksi, dan seluruh alam semesta berada di tengah perubahan. Ibrani 1 mengatakan bahwa langit dan bumi makin lama makin tua, tetapi satu-satunya yang tidak ada dalam proses perubahan, yaitu Tuhan Allah sendiri. Dulu I AM, sekarang I AM, besok I AM, I AM THAT I AM. Dengan status seperti inilah Kristus berinkarnasi, menjadi manusia, dan berkata, "Aku adalah pokok anggur yang sejati." Kesejatian Kristus ditonjolkan melalui istilah I AM. Seorang tua-tua yang mencintai Tuhan berkata: "Saya menjadi orang Kristen sudah puluhan tahun. Saya sadar ada semacam kesenjangan besar antara yang dibicarakan oleh mulut orang Kristen dengan yang dijalankannya."
"Aku adalah pokok anggur yang sejati." Istilah adalah menunjukkan fakta, bukan hanya teori; menyatakan hidup, bukan mimpi, menyatakan kelakuan, dalam kehidupan sehari-hari bagaimana kita memuliakan Tuhan, bukan hanya mendengarkan khotbah yang muluk-muluk di telinga kita. Kesejatian seperti inilah yang diperlukan setiap zaman.
C. Mengapa Pokok Anggur?
Ada pohon cemara yang besar dari Libanon, ada pohon ara yang subur dan berbuah banyak, ada pohon-pohon yang banyak dicatat dalam Alkitab, tetapi Tuhan Yesus tidak memakainya melainkan memakai pohon anggur sebagai analogi untuk menyatakan diri. Mengapa? Yesus Kristus tidak mengatakan, "Aku adalah pohon aras Libanon." Namun Dia mengatakan, "Aku adalah pokok anggur yang sejati." Suatu contoh yang sederhana dipakai-Nya bagi diri-Nya. Dia tidak mau meninggikan diri sendiri. Demikianlah gereja dibangun dan pekerjaan Tuhan dapat dikerjakan dengan baik jika orang-orang di dalamnya tidak menegakkan dan menonjolkan diri sendiri.
Kalau tanaman anggur boleh disebut pohon, itu adalah pohon yang paling tidak berbentuk. Artinya, bila seorang petani anggur membangun para-para yang pendek untuk tanaman itu, pohon anggur akan merambat di para-para yang pendek. Namun, bila para-paranya tinggi, tanaman ini akan merambat tinggi. Tanaman anggur tidak mempunyai bentuk sendiri. Yesus berkata, "Aku adalah pokok anggur yang sejati dan Bapa-Kulah pengusaha-Ku, yang membentuk Aku." Kristus menjadi contoh kita. Hal ini mengajarkan bahwa kalau Tuhan kita sendiri saja dibentuk di tangan Bapa dan tidak mempertahankan apa yang ada pada-Nya menjadi kecongkakan-Nya, biarlah kita pun meneladani-Nya.
Cara Tuhan menilai pemberian seseorang bukan dari jumlahnya, melainkan dari hatinya. Kita harus menilai dari cara Tuhan menilai. Itu sebabnya yang kaya tidak boleh sombong dan yang miskin tidak boleh minder. Yesus justru pernah memuji persembahan dari seorang janda yang memberikan dua keping perak karena janda itu telah memberikan seluruh nafkahnya. Banyak orang kaya memberikan sisa-sisa untuk Tuhan, seolah- olah Tuhan sama seperti anjing. Allah melihat hati nurani sedalam-dalamnya. Yesus Kristus berkata, "Di dunia, burung memiliki sarang, serigala mempunyai lubang, namun Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Pada waktu datang ke dunia sebagai manusia, Yesus Kristus tidak mempunyai tempat tidur, tidak mempunyai waktu cukup untuk makan, pergi kesana kemari untuk menolong orang lain bahkan orang menghina Dia. Mereka berkata: "Bukankah Dia anak Yusuf tukang kayu itu?" Yesus tidak menjawab apapun. Dia hanya mengatakan satu kalimat, "Bagaimana jika engkau melihat Anak Manusia kembali ke tempat asal-Nya dan melihat kemuliaan-Nya bersama dengan Bapa?"
D. Berbuah atau Dibakar?
Alkitab mengatakan bahwa iman yang sejati dibangun di atas Alkitab. Bila seseorang tetap tidak bertobat sesudah mendengarkan firman, meskipun orang mati seperti Lazarus bangkit dari kematian dan menjadi penginjil, tetap orang itu tidak akan bertobat dan beriman. Firman Tuhan menumbuhkan iman yang teguh sedangkan mukjizat tidak. Gereja yang memakai waktu cukup panjang untuk pemberitaan firman Tuhan hendaknya menghindari kesaksian kosong dan egoisme manusia. Jika kita tidak berbuah, alternatif lain adalah kita akan dikumpulkan dan dibakar. Yohanes Pembaptis berkata, "Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api."
Kita tidak mungkin mencintai Yesus Kristus, kecuali kita mengerti berapa besar pengorbanan Yesus Kristus untuk kita. Seperti pohon anggur, Yesus rela ditanam, diinjak, merambat dari tanah kering dengan daun kecil yang gampang dipatahkan, lalu dibentuk sesuai dengan pengusaha-Nya, yaitu Allah Bapa. Bila Dia yang adalah pokoknya dan kita diibaratkan sebagai ranting anggur, masih beranikah kita berlaku sombong dan menganggap diri berjasa bagi kerajaan Allah?
Anugerah Tuhan bukan hanya untuk diri sendiri; anugerah Tuhan bukan untuk dipermainkan, tetapi untuk dibagikan kepada orang lain sepanjang kita hidup. Maukah kita berkata kepada Tuhan, "Pakailah saya supaya lembut seperti Kristus dan taat seperti anggur, tidak membentuk diri dan menuntut hak sendiri; tetapi berserah kepada Pengusaha saya, yaitu Tuhan" supaya kita bisa berbuah banyak dan tidak dilempar ke tempat pembakaran?
Diambil dari: | ||
Judul artikel | : | Pokok Anggur yang Benar |
Judul buku | : | Hidup Kristen yang Berbuah |
Penulis | : | Stephen Tong |
Penerbit | : | Surabaya: LRII, 1992 |
Halaman | : | 1-8 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA