Rangkuman Diskusi DAL Mei/Juni 2012
Topik 1
Subjek: Pengantar Doktrin Alkitab
Pertanyaan: Apakah orang Kristen mengakui otoritas Alkitab dalam kehidupannya sehari-hari? Kalau ya, seberapa jauh mereka menerapkannya? Kalau tidak, apa sebabnya? Dan berikan contoh-contohnya.
Sebagian dari peserta menjawab ya, seharusnya orang Kristen mengakui otoritas Alkitab dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan untuk mengakui otoritas Alkitab tidaklah berasal dari kekuatan manusia, namun bersumber dari kuasa Roh Kudus. Sebab tidak mungkin manusia menjalankan seluruh kebenaran firman Tuhan dalam hidupnya tanpa pertolongan Roh Kudus. Sebab walaupun seseorang telah berusaha sekuat tenaga, setiap manusia tidak mungkin berkenan kepada Allah. Seseorang yang memercayai otoritas Alkitab nampak dari caranya mengatasi masalah kehidupan, yaitu dengan meminta pertolongan Roh Kudus, dengan mengandalkan Tuhan dan dengan bertekun dalam pemahaman firman Tuhan baik secara kelompok maupun pribadi. Selanjutnya mereka akan memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Tuhan. Orang yang mampu melakukannya kebanyakan adalah orang-orang sederhana, banyak mereka bukan orang-orang yang cukup terpelajar, namun mampu mengakui otoritas Alkitab melewati perilakunya sehari-hari.
Sebagian peserta lainnya berpendapat bahwa banyak orang Kristen tidak mengakui otoritas Alkitab dalam kehidupannya sehari-hari dengan sempurna. Sebab banyak orang Kristen tidak mau tunduk kepada otoritas firman Allah karena dianggap tidak masuk akal, sehingga malah tunduk pada logika/hikmat manusia dan keinginan yang dikuasai dosa. Mereka tidak mau tunduk karena belum berakar kuat dalam firman Tuhan dan tidak memahami pekerjaan Roh Kudus dalam hidupnya, sehingga akhirnya tidak bisa mengalahkan/meninggalkan pola kebiasaan dan budayanya. Seharusnya kebenaran firman Tuhan dan kuasa Roh Kudus mengubahkan manusia lama menjadi manusia baru, serta mengubahkan kebiasaan/pola hidup dan budaya manusia lama tentunya tidak cocok dengan pola hidup manusia baru. Gereja sebagai persekutuan orang percaya haruslah berlandaskan otoritas Alkitab dan harus secara selektif dan berani menghapuskan kegiatan gereja yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Dan tidak menempatkan otoritas Alkitab dibawah peraturan Gereja sehingga tidak mengorbankan pertumbuhan iman anggota jemaatnya.
Contoh-contoh manusia yang tidak mengakui otoritas Alkitab, yaitu: mereka yang masih terikat dengan ilah-ilah zaman ini, keinginan mata, keinganan daging, keangkuhan hidup, terbelenggu oleh kepahitan dan dosa masa lalu yang belum dibereskan, kutuk nenek moyang yang belum diputuskan, menolak untuk taat pada perpuluhan, tidak mau mengampuni, tidak menjaga lidahnya, tidak tekun beribadah, hidup dalam kesenangan dunia, melanggar hukum/aturan, tidak mengasihi Allah, tidak hidup dalam kekudusan, lebih tunduk pada otoritas adat daripada otoritas Alkitab, lebih tubduk pada otoritas uang/kekayaan, otoritas kekuasaan, otoritas "humanisme", otoritas dukun/paranormal atau kecanduan dan juga menganggap sakit/musibah/kegagalan adalah kutuk dan tidak diberkati Tuhan, padahal semua hal terjadi atas kehendak Tuhan utk kebaikan manusia.
Oleh sebab itu, sebagai orang percaya harus meyakini Alkitab adalah dasar dan titik tolak hidup seseorang, sehingga secara perlahan ada perubahan yang terjadi dari dalam ke luar, bukan sebaliknya. Dengan demikian Alkitab bukan hanya sebagai buku petunjuk hidup baik, tapi sebagai kuasa yang membongkar dasar/fondasi dan arah hidup seseorang.
Topik 2
Subjek: Pengantar Doktrin Alkitab
Pertanyaan: Apakah beda antara "Alkitab berisi firman Tuhan" dan "Alkitab adalah firman Tuhan"?
Alkitab berisi firman Tuhan berarti tulisan-tulisan di dalam Alkitab ada yang firman Tuhan dan ada juga dalam yang bukan merupakan firman Tuhan. Pengertian semacam ini yang dipakai oleh semua ahli Alkitab sepanjang sejarah yang mempelajari "karya sastranya" untuk diperdebatkan dan menimbulkan pertengkaran dan perpecahan. Ini juga merupakan pandangan kaum Liberal, yang tidak percaya pada Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam kehidupan.
Menurut kaum Liberal, para penulis Alkitab menulis tentang perjumpaan mereka dengan Tuhan memakai pola pikir dan gaya bahasa yang pastinya sesuai dengan zaman mereka, yaitu dengan menggunakan mitos-mitos adikodrati dan cerita-cerita ajaib. Jadi, seseorang perlu membuang cerita-cerita ajaib dan mitos-mitos tersebut atau melucutinya dan menemukan "kebenaran rohani" yang Tuhan sediakan. Seperti halnya dalam kisah Yunus ditelan ikan besar adalah bagian dari mitos yang dimasukkan oleh penulis dan tugas pembaca adalah mencari "kebenaran rohani" dari cerita Yunus.
Alkitab adalah firman Allah memiliki arti bahwa seluruh bagian Alkitab adalah firman Allah yang berotoritas. Sumber dari penulisan Alkitab bukanlah hasil pemikiran manusia, sebab hakikat dari penulisan Alkitab adalah melalui pengilhaman langsung dari Roh Kudus yang menuntun setiap penulis. Mengakui dan beriman bahwa Alkitab adalah firman Tuhan membuat setiap kuasa Tuhan yang dinyatakan di dalam firman-Nya bisa dialami dan terjadi secara nyata. Alkitab bukan sekadar buku sastra, tetapi Alkitab adalah kekuatan Allah yang bisa dirasakan dan dialami oleh setiap orang percaya yang beriman kepada firman-Nya. Memercayai Alkitab adalah firman Tuhan, berarti memercayai semua kejadian, peristiwa, tokoh-tokoh di dalam Alkitab adalah benar secara faktual dan bukan hanya berisi kebenaran rohani semata. Alkitab adalah buku yang diinspirasikan oleh Roh Kudus kepada para penulis Alkitab sehingga kebenaran yang di dalamnya berotoritas mutlak.
Topik 1
Subjek: Penyataan Allah
Pertanyaan 1: Apakah Allah hanya memberikan Penyataan-Nya kepada orang Kristen? Atau apakah juga kepada agama-agama lain?
Dari diskusi termin kedua topik pertama para peserta diskusi menyatakan bahwa Allah tidak hanya menunjukkan pernyataan-Nya kepada orang Kristen, namun kepada seluruh manusia (Roma 1:16). Sebab penyataan Allah dapat dibagi dalam bentuk yaitu: penyataan umum dan penyataan khusus. Yang dimaksud ialah penyataan umum memang diberikan kepada semua orang, namun tidak dengan penyataan khusus.
Penyataan umum bertujuan agar semua umat manusia dapat mengerti isi hati Tuhan, dapat mengetahui dan mengenal Tuhan sejauh apa yang telah Tuhan nyatakan, sehingga menuntun bagaimana seharusnya manusia hidup dan menyukakan hati Allah.
Penyataan Umum disebut "umum" karena:
- Isinya bersifat umum.
- Dinyatakan bagi semua orang secara umum.
Seperti halnya Allah memberkati semua makhluk di muka bumi ini dengan memberi panas dan hujan pada semua orang. Allah berinisiatif memperkenalkan diri-Nya kepada manusia (Matius 5:45). Pernyataan Allah secara umum bisa dilihat dari:
- Alam Semesta atau Karya Allah (Roma 1:19-20)
- Hati Nurani manusia (Roma 2:14-15).
Siapa yang menerima penyataan khusus? Pernyataan khusus tidak dinyatakan kepada semua orang, namun hanya bagi mereka yang ditetapkan Allah untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juru Selamat, ini hanyalah karena anugerah Allah. Adapun arti dari penyataan khusus adalah Allah menyatakan diri-Nya dan rencana kekal-Nya bagi manusia secara lebih spesifik.
Pernyataan khusus ini bisa terlihat dari:
- Penyataan Allah melalui para nabi (Allah berbicara secara langsung, atau melalui mimpi, penglihatan, ataupun dengan cara memberikan inspirasi kepada para penulis Alkitab).
- Penyataan diri Allah melalui Yesus Kristus. Allah sebagai penebus diwahyukan kepada mereka yang mendengar melalui Alkitab, sebab Alkitab merupakan wahyu khusus dari Allah.
Isi Alkitab menyiratkan bahwa Allah telah berbicara di masa lalu dan sampai saat ini masih berbicara melalui apa yang telah difirmankan-Nya. Yohanes menuliskan bahwa "Pada mulanya adalah Firman", ini menunjukkan keyakinan utama tentang Allah. Allah dapat berbicara kepada manusia (Ia bukan hanya kekuatan yang tidak memiliki perasaan atau prinsip abstrak yang melampaui akal manusia). Allah telah berbicara kepada manusia dan manusia mampu menuliskan perkataan Allah, sehingga melalui firman yang tertulis itu Allah berbicara kepada manusia.
Topik 2
Subjek: Penyataan Allah
Pertanyaan: Apa tujuan Allah memerintahkan agar penyataan-Nya ditulis menjadi Alkitab? Mengapa Penyataan Allah yang tertulis dalam Alkitab tersebut kadang sulit dimengerti manusia?
Penyataan Allah ditulis dalam Alkitab supaya manusia bisa mengerti kehendak-Nya, mengerti isi hati Tuhan, dapat mengetahui dan mengenal Tuhan melalui Firman-Nya dalam Alkitab. Sehingga apa yang harus kita kerjakan yang menyukakan hati Allah. Selain itu juga ditulis utk mengajar, menegur, memperbaiki kesalahan, memperbaiki hidup rohani, membersihkan hati nurani, mengubah pola pikir dan sikap hati, serta perbuatan sebagai buahnya. Seturut 2 Timotius 3:16, bahwa Alkitab diilhamkan Allah untuk mengajarkan yang benar, menegur dan membetulkan yang salah, dan untuk mengajar manusia supaya hidup menurut kemauan Allah. Alkitab juga menjadi dasar utama dalam mempelajari segala sesuatu tentang Pribadi Allah Tritunggal dan karya-Nya bagi kehidupan manusia serta apa yang Allah ingin manusia lakukan di dunia ini (1 Timotius 3:16).
Pernyataan Allah dalam Alkitab sulit dimengerti, karena penyataan itu berasal dari Allah yang tidak terbatas. Ia adalah pencipta, sedangkan manusia adalah ciptaan, maka tentu saja kita pasti ada kekurangan dalam memahami Allah, tetapi Allah adalah Allah yang bijaksana, pasti dapat membuat kita mengerti tentang Dia. Alkitab sulit dimengerti bagi mereka yang belum dewasa dalam iman, dalam keterbatasan pikiran manusia, ataupun belum disingkapkan pengertiannya oleh Tuhan. Banyak penyebabnya lainnya seperti cara berpikir Allah yang melampaui cara berpikirnya manusia, kultur dan tatanan hidup yang menjadi latar belakang penulis, cara pandang para penulis kitab-kitab pada Kitab Suci, sampai aneka penafsiran yang mungkin timbul dari hasil tulisan dalam Kitab Suci.
Manusia hanya dapat mengerti isi Alkitab apabila Roh Kudus menerangi akal pikiran manusia. Kemudian perbedaan zaman dan adat istiadat juga merupakan salah satu faktor yang menghalangi penelaahan manusia terhadap Alkitab. Melalui Alkitab Allah telah menuliskan segala sesuatu yang manusia perlu tahu tentang Dia dan karya-Nya. Dan jika ada orang yang memandang rendah atau menolak Alkitab sebagai firman Tuhan yang berotoritas, maka kita harus meresponsnya dengan serius. Membela Alkitab dan ajaran-Nya merupakan usaha pertanggungjawaban orang Kristen karena keyakinannya pada Alkitab sebagai firman Allah yang membawa keselamatan melalui Injil Kristus bagi manusia (1 Petrus 3:15-16).
Topik 1
Pertanyaan: Mengapa akibat langsung dari penolakan akan doktrin Inspirasi Alkitab adalah penolakan terhadap keabsahan Alkitab sebagai firman Tuhan dan penolakan terhadap otoritasnya yang mutlak?
Kata Inspirasi (ilham) terdapat dalam 2 Timotius 3:16 dari bahasa Yunani "theopneustos" adalah kata majemuk (pneo + theos) yang berarti "dihembuskan (oleh) nafas Allah". Inspirasi didefinisikan sebagai pekerjaan Allah melalui Roh-Nya, untuk menguasai dan memimpin orang-orang yang telah dipilih-Nya untuk menuliskan perkataan-perkataan yang dikehendaki-Nya dalam Alkitab (PL dan PB), tanpa salah dalam bahasa aslinya. Dengan percaya bahwa Allah yang memberi inspirasi bagi seluruh isi Alkitab, maka akan menjamin keabsahan dan kesatuan kanonisasi Alkitab. Hal ini memberikan arti bahwa seluruh tulisan di dalam Alkitab bersumber dari Allah.
Namun ada banyak pendapat yang menolak doktrin inspirasi, yang selanjutnya akan berakibat pada penolakan pada doktrin keabsahan Alkitab sebagai firman Tuhan dan penolakan terhadap otoritasnya yang mutlak. Sehingga mereka dapat diibaratkan seperti memahami Allah dengan pola pikir manusia. Sebab penolakan dokrin inspirasi Alkitab akan sama artinya dengan:
- Menolak Allah sebagai satu-satunya sumber inspirasi para penulis Alkitab.
- Menolak perintah-perintah Allah yang ada dalam Alkitab.
- Menolak seluruh kebenaran Alkitab.
- Menolak hidup di bawah otoritas Alkitab yang mutlak.
- Menganggap Alkitab sama dengan buku-buku sastra buatan manusia.
- Menganggap Alkitab bukan Firman Tuhan.
Doktrin inspirasi Alkitab adalah ajaran yang mempersiapkan dan membentuk keyakinan seseorang untuk mempercayai Alkitab sebagai Firman Allah. Dan keyakinan ini akan berlanjut pada pengakuan Alkitab sebagai Firman Allah dan otoritas Allah dalam kehidupannya. Ajaran ini menjelaskan isi Alkitab tidak mungkin salah bagi pedoman iman dalam kehidupan manusia.
Alkitab memang memiliki dua sisi yang berbeda, yaitu secara fisik dan secara rohani:
- Sisi fisik: Alkitab adalah buku, tulisan manusia, seperti halnya buku-buku yang lain.
- Sisi Rohani: Alkitab adalah Firman Tuhan yang berkuasa; memberi keselamatan dan mengubah hidup.
Allah telah menyatakan diri-Nya melalui firman-Nya adalah Allah yang memelihara firman-Nya, sehingga firman-Nya dapat terjaga hingga saat ini. Namun, bagi orang-orang yang belum percaya dan yang menolak inspirasi, Alkitab hanya dilihat dari sisi fisiknya saja.
Topik 2
Pertanyaan: Apakah para penulis Alkitab sadar bahwa tulisannya kelak akan menjadi Alkitab?
Ada dua pendapat peserta diskusi berkaitan dengan topik diskusi kedua ini. Pertama, pendapat peserta yang beranggapan bahwa para penulis Alkitab tidak sadar bahwa tulisannya kelak akan menjadi sebuah kitab. Alasan ini didasarkan karena para penulis hanya taat kepada Roh Kudus untuk menulis semua perintah dan kehendak Allah yang berguna untuk mengatur aspek kehidupan umat-Nya. Sebagai contohnya kitab-kitab PL disusun tidak secara langsung melainkan secara bertahap sebagai pengajaran yang diwariskan turun-temurun. Jika para penulis tahu bahwa tulisan mereka akan menjadi Alkitab, pasti akan ada tradisi untuk memelihara dan menjaganya secara ketat. Selain itu, juga didasarkan pada beberapa hal:
- Para penulis berasal dari berbagai zaman dan latar belakang yang berbeda.
- Pengumpulan tulisan yang akhirnya menjadi Alkitab dilakukan berdasarkan kanon jauh setelah kematian para penulis.
Kedua, pendapat yang beranggapan bahwa setiap penulis sebenarnya sudah menyadari bahwa apa yang mereka tulis melalui bimbingan Roh Kudus, mengenai pernyataan Allah akan dibukukan menjadi sebuah kitab. Seperti teks di dalam Yesaya 30:8 yang menyatakan, "Maka sekarang pergilah, tulislah itu didepan mata mereka disuatu loh, dan cantumkanlah disuatu kitab, supaya itu menjadi kesaksian untuk waktu yang kemudian, sampai selama-lamanya". Melalui ayat tersebut terlihat bahwa penulis menuliskannya atas perintah Allah dan bukan karena keinginan pribadinya. Semua hal yang dituliskan adalah sebagai kesaksian tertulis dan hukum yang harus ditaati dan dilakukan setiap generasi. Ada beberapa ayat yang menunjukkan bahwa Allah pencetus dibalik setiap penulis:
- Allah sendirilah yang memberikan perintah untuk menuliskannya. (Kel. 17:14; Bil. 33:2)
- Para penulis sadar bahwa ada otoritas terhadap apa yang ditulisnya, "demikianlah firman Tuhan". (Kel. 14:1; Yos. 7:10)
Topik 3
Pertanyaan: Karena Alkitab adalah firman Tuhan, apakah berarti Alkitab memiliki otoritas yang absolut? Jelaskan maksudnya.
Ya, Alkitab berotoritas mutlak. Alkitab merupakan tolok ukur utama dalam kehidupan orang percaya. Hal ini didasarkan karena Alkitab adalah firman Tuhan. Sudah seharusnya setiap orang yang percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah harus mendasarkan seluruh hidupnya, pikiran, perkataan dan perbuatannya tunduk di bawah otoritas kebenaran firman Tuhan. Segala tulisan dalam Alkitab adalah bersifat ilahi - insani, diilhamkan oleh Allah dan yang ditulis oleh manusia. Sumber otoritas yang dimiliki Alkitab itu tidak lain karena di inspirasikan oleh Allah. Alkitab adalah sesuatu yang lebih dari sekadar sebuah koleksi kitab yang secara verbal diilhamkan oleh Allah namun, Alkitab adalah suara Allah yang hidup. Karena diinspirasi oleh Allah maka Alkitab memiliki otoritas mutlak sebagai firman Allah untuk kita taati semua yang tertulis di dalamnya. Jadi, setiap orang percaya seharusnya tidak boleh memandang Alkitab hanya sebagai sesuatu ketetapan yang opsional semata. Firman Tuhan yang berotoritas mutlak itu akan memimpin kepada pengenalan Allah yang sejati, di mana Roh Kudus menafsirkan dan menerapkan firman itu di dalam hati manusia.
Topik 1
Subjek: Kanonisasi Alkitab
Pertanyaan: Apakah Kanonisasi Alkitab sudah selesai saat ini, sehingga tidak mungkin ada lagi kitab-kitab lain yang akan ditambahkan/ditemukan?
Proses kanonisasi Alkitab sudah selesai. Alkitab sudah cukup dan lengkap, artinya tidak memerlukan tambahan kitab yang lain. Kanon Alkitab tidak dihasilkan oleh pertemuan pemimpin agama tetapi merupakan proses sejarah yang dipimpin Roh Kudus dan persidangan Bapa-Bapa gereja yang mengesahkan kitab yang memiliki otoritas sebagai firman Allah. Daftar naskah yang diterima ada 66 kitab yang diakui karena diinspirasikan oleh Allah. Kitab-kitab itu diterima sebagai kitab yang berotoritas itu karena kesaksian kitab itu sendiri yang menyatakan sebagai firman Allah. Proses pengkanonan terakhir terjadi pada tahun 397 M melalui konsili Kartago. Pada waktu itu ke-66 kitab (PL 39 kitab dan PB 27 kitab) disahkan sebagai firman Allah yang sejati. Penerimaan kanon PL dan PB yang berjumlah 66 kitab ditetapkan sebagai kitab yang berotoritas. Jadi, penetapan dan penerimaan ini sebenarnya merujuk kepada pengakuan terhadap kitab-kitab yang diilhami oleh Allah.
Dalam hal ini tidak berarti bahwa gereja memiliki otoritas untuk menentukkan kitab-kitab tersebut yang berotoritas. Perlu diingat bahwa gereja tidak menciptakan kanon, tetapi gereja dengan tuntunan Roh Kudus mengesahkan dan mengakui apa yang merupakan firman Allah itu sendiri. Peristiwa pengkanonan Alkitab, oleh Konsili di Kartago harus dipahami sebagai penerimaan iman oleh gereja bahwa kitab tersebut diinspirasikan Allah dan diterima sebagai standar kehidupan Kristen. Allah mengintervensi dengan memimpin Bapa-Bapa gereja untuk mengumpulkan kitab-kitab yang berotoritas dan disusun menjadi satu buku yaitu Alkitab. Pengesahan ini sekaligus menegaskan bahwa Alkitab sudah lengkap serta tidak memerlukan tambahan lagi karena Alkitab yang kita miliki sekarang ini sudah sempurna membawa kita mengenal pribadi-Nya yang agung.
Topik 2
Subjek: Kanonisasi
Pertanyaan: Mengapa kitab-kitab Apokrifa tidak diterima oleh gereja Kristen? Gereja mana yang menerima Kitab ini? Sampai dimana otoritas kitab ini diterima? Bagaimana sikap orang Kristen terhadap keberadaan kitab-kitab ini? Perlukah kita tahu? Untuk apa?
Apokrifa merupakan kitab-kitab nonkanonik. Kata apokrifa dalam Gerika klasik dan Helenis dipakai untuk menunjukkan sesuatu sebagai yang sulit dimengerti/tersembunyi/tidak jelas. Kitab-kitab nonkanonik ini lebih menunjuk kepada Perjanjian Lama. Pada umumnya kitab-kitab Apokrifa ditulis sesudah Perjanjian Lama, dan sebagian dikarang dalam bahasa Yunani, sehingga tidak termuat dalam Alkitab bahasa Ibrani. Gereja-gereja Prostestan hanya menerima kitab-kitab dari Perjanjian Lama Ibrani sebagai firman Allah. Kitab Apokrifa tidak diterima oleh gereja Kristen karena inti berita sangat berbeda dengan PL.
Ada beberapa alasan mengapa Apokrifa ditolak sebagai kitab kanonik oleh gereja Kristen:
- Philo (20 SM - 40 M) sangat banyak mengutip PL, mengakui PL terdiri dari 3 divisi, tetapi tidak pernah mengutip Apokrifa sebagai diinspirasikan.
- Yosefus (30 - 100) secara tegas menolak Apokrifa dan tidak pernah mengutip kitab-kitab Apokrifa sebagai Kitab Suci.
- Yesus dan penulis PB tidak mengakui kitab-kitab ini sebagai Kitab Suci.
- Konsili-konsili gereja Kristen abad pertama sampai abad keempat tidak pernah mengakuinya.
Istilah "Apokrifa/Deuterokanonika" dari kata "deuteros" kedua dan "kanon" patokan; merujuk pada daftar kitab yang diakui oleh Gereja Katolik sebagai kanon kedua setelah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Otoritas kewibawaan Kitab Suci harus diilhami serta memuat firman Allah. Kitab Suci harus diterima seakan-akan Allah sendirilah yang sedang berbicara. Sifat inilah yang tidak ditemui dalam kitab-kitab Deuterokanonika. Kitab Deuterokanonika baik untuk dibaca sekedar sebagai pelengkap menambah pengetahuan/wawasan. Dapat juga sebagai bahan pelajaran pengetahuan tambahan mengenai hal-hal yang melatarbelakangi penulisan setiap kitab-kitab Deuterokanonika yang tentunya akan memperkaya wawasan kita mengenai sejarah.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA