Seberapa Banyak dari Alkitab yang Diturunkan Lewat Tradisi Lisan?
Kita telah mendapatkan banyak kitab yang menyusun Alkitab dari mereka yang namanya dikaitkan dengan kitab-kitab tersebut: Yeremia, Yehezkiel, Yesaya, dan Yoel hanyalah beberapa yang menuliskan detail penting tentang hubungan mereka dengan satu-satunya Allah yang benar. Bagaimanapun juga, firman Allah telah diturunkan secara lisan sebelum orang Yahudi memiliki Taurat, atau sebelum orang Kristen memegang Alkitab.
Para ahli umumnya setuju bahwa Musa adalah penulis kitab pertama, tetapi ia lahir ratusan tahun setelah dunia diciptakan. Ada juga perdebatan tentang waktu penulisan pertama: dari 1500 SM hingga abad ke-7 SM.
Setelah diamati, banyak kisah dalam Kitab Suci tampaknya telah terjadi bertahun-tahun sebelum itu ditulis oleh seseorang yang mendengar tentang cerita tersebut. Berapa banyak dokumen alkitabiah yang ditulis oleh orang-orang yang mengalami peristiwa itu secara langsung? Bagaimana kita dapat mengandalkan ingatan mereka yang hanya menceritakan kembali kisah Allah?
Dari Mulut ke Mulut
Mainkanlah permainan "Pesan Berantai" dalam kelompok kecil selama 15 menit, dan potensi distorsi pesan yang terjadi sangat luar biasa. Lakukan hal itu selama 1.500 tahun dengan sebanyak mungkin orang, lalu bayangkan seperti apa distorsi pesan yang bisa terjadi.
Selain itu, sangatlah masuk akal untuk bertanya-tanya bagaimana para murid tahu banyak tentang peristiwa seperti ketika "... malaikat Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, 'Yusuf, anak Daud, jangan takut untuk mengambil Maria sebagai istrimu karena Anak yang dikandungnya adalah dari Roh Kudus'" (Mat. 1:20, AYT). Apakah Matius mewawancarai Yusuf? Atau mungkin Yusuf menceritakan seluruh kisahnya kepada Yesus, dan kemudian Yesus menceritakannya kepada para murid?
Lalu, ada Lukas. Matius, Markus, dan Yohanes hidup bersama Yesus dan belajar dari-Nya, tetapi Lukas adalah orang yang tidak terlibat langsung, yang semua catatannya tentang Yesus berasal dari orang lain. Namun, Injil Lukas sering kali mampu meyakinkan orang-orang yang tidak percaya, terutama para pemikir linier yang berpikir secara hitam dan putih. Mereka menginginkan bukti empiris untuk iman Kristen. Jadi, mengapa Lukas bisa begitu meyakinkan?
Proses Sistematis
Lukas memulai Injilnya dari awal dengan peristiwa kelahiran Yohanes Pembaptis, yang kemudian bergerak secara sistematis dalam prosesnya menuju kebangkitan dan kenaikan Kristus. Setiap detail disampaikan secara lisan. Lukas mewawancarai para saksi.
Kita harus mengasumsikan bahwa banyak dari wawancara itu akhirnya tidak dimasukkan ke dalam Injil karena mungkin tidak terlalu dapat diandalkan dalam beberapa hal, tetapi hasil wawancara yang akhirnya dituliskan, memberikan sejarah singkat tentang pelayanan tiga tahun dari Juru Selamat kita yang konsisten jika dibandingkan dengan ke-3 Injil lainnya dan juga dari Perjanjian Lama, semuanya disampaikan dari mulut ke mulut.
Pahlawan Memori
Ada alasan bagus untuk memercayai Perjanjian Lama juga, meskipun tulisan ini dibuat dalam rentang beberapa abad oleh banyak orang yang menerima dan menyampaikan warisan memori tersebut. Orang Israel menggunakan strategi seperti memasukkan kitab suci ke dalam lagu dan "mnemonik" (teknik untuk memudahkan mengingat sesuatu - Red.), yang membuat ayat-ayat lebih mudah untuk dihafal.
Sebagai seorang Farisi, Paulus memiliki akses pada gulungan kitab suci, tetapi ingatannya luar biasa, dan kecerdasannya cukup tinggi. Paulus menggambarkan dirinya sebagai berikut, "Dalam hal semangat, aku adalah penganiaya jemaat, dan dalam hal kebenaran di bawah Hukum Taurat, aku tidak bercacat" (Fil. 3:6, AYT).
Ahli Kitab Suci, seperti Paulus, diajarkan sejak usia yang sangat belia untuk menghafal Firman Allah. "Cukup mudah bagi seorang anak muda yang cerdas dan ambisius untuk menghafal Alkitab, dan akan sangat sulit dan mahal bagi Paulus dewasa untuk membawa sekitar lusinan gulungan kitab besar ke mana-mana." Jika Paulus mewakili sistem pembelajaran Yahudi, maka kita dapat membayangkan betapa kuatnya ingatan yang dilatih dengan baik.
Terdapat perbedaan di antara teks yang satu dengan lainnya, beberapa di antaranya bersifat minor, seperti ketika "teks itu ditransmisikan (dan kadang-kadang diubah) oleh ahli-ahli Taurat yang menyalin gulungan-gulungan kuno berulang-ulang." Para ahli sepakat bahwa kesalahan semacam itu tidak mengubah makna sebuah teks.
Pakar Alkitab mengandalkan ingatan kuno. "Dalam budaya lisan di mana ingatan telah dilatih selama beberapa generasi, ingatan lisan dapat secara akurat melestarikan dan meneruskan sejumlah besar informasi." Dari catatan Alkitab, ini adalah "fakta yang sudah diketahui secara luas bahwa para rabi menguasai PL dan banyak dari hukum lisan yang tersimpan dalam ingatan."
Orang Yahudi amat menghargai kegiatan menghafal tulisan apa pun yang mencerminkan hikmat Allah dan Kitab Suci yang diilhami-Nya." Mereka menghormati Firman Allah dan percaya bahwa itu terlalu penting untuk dilupakan atau diubah.
Dari Mulut Kristus
Apa yang kita baca dalam Perjanjian Baru ditransmisikan dalam rentang periode waktu yang jauh lebih singkat (dibandingkan Perjanjian Lama), mungkin hanya beberapa dekade, dan bahkan mungkin kurang dari itu. Akan tetapi, bahkan jika ada yang ingin membantah bahwa seseorang dapat dengan andal mengingat apa yang Yesus katakan selama periode waktu itu, perlu diperhatikan cara Kristus mengajar murid-murid-Nya dan bagaimana ajaran-Nya diterima.
- Yesus mengajar menggunakan perumpamaan, yang mudah diingat, dan Dia "melatih murid-murid-Nya" sebelum mengutus mereka untuk menyebarkan kabar baik.
- "Sembilan puluh persen dari ajaran dan perkataan Yesus menggunakan metode mnemonik yang serupa dengan yang digunakan dalam puisi Ibrani.
- "Para murid percaya bahwa Yesus adalah Juru Selamat mereka, jadi mereka mengerti betapa pentingnya mengutip apa yang Dia katakan dengan tepat.
- Mereka telah menyerahkan hidup mereka kepada-Nya dan dapat dibayangkan mereka setelah penyaliban, dalam keterkejutan mereka, berusaha mengulangi setiap kata yang pernah Dia perkatakan kepada mereka dan mencoba memahami kematian-Nya.
Namun, bukti yang paling meyakinkan untuk keandalan dan kekuatan transmisi lisan berasal dari mulut Kristus sendiri. "Yesus menggunakan praktik dari para nabi Perjanjian Lama dalam mewartakan firman Allah yang menuntut pelestarian akurat sebagaimana pengajaran yang diilhami."
Dia mengutip dari Yesaya dalam sebuah sinagoge di Nazaret dan Kristus mengutip Ulangan 6:16 sebagai tanggapan terhadap setan: "Yesus berkata kepadanya, 'Sekali lagi, ada tertulis, "Kamu jangan mencobai Tuhan Allahmu"'" (Mat. 4:7, AYT).
Jika kita memercayai Dia sebagai Juru Selamat kita yang tidak berdosa, kita juga percaya Kristus mengatakan kebenaran tentang diri-Nya: Bahwa, di dalam Dia, nubuat Yesaya dan hukum itu digenapi. Kristus setuju dan mengesahkan Perjanjian Lama.
Kanon
Untuk Perjanjian Lama, "Orang-orang Yahudi sudah menerima dan menyusun kitab suci itu. Para pemimpin membacanya di Bait Suci dan kemudian di sinagoge-sinagoge di seluruh Israel dan Kekaisaran Romawi." Tidak perlu ada perdebatan.
Namun, seperangkat teks baru harus disortir dan disetujui untuk digunakan dalam gereja Kristen yang baru. Karya-karya ini diuji dengan menggunakan Perjanjian Lama, strategi investigasi, logika, dan bahkan diuji dengan dibandingkan satu sama lain. Mereka diukur menurut peristiwa dan tulisan sejarah eksternal dan dituangkan melalui lensa Kritik Tekstual.
Keempat Injil berbeda satu sama lain dalam hal gaya dan, dalam beberapa kasus, isi, tetapi "kita memang harus mengekspektasikan adanya beberapa perbedaan di antara empat catatan independen. Jika keempatnya identik, kita pasti mencurigai para penulisnya berkolaborasi satu sama lain."
Peristiwa-peristiwa eksternal seperti penghancuran Bait Suci membantu para ahli Alkitab untuk menandai waktu terjadinya peristiwa, memperkuat bukti bahwa Lukas menulis catatan Injilnya segera setelah kenaikan Kristus. "Dalam kitab Kisah Para Rasul, Bait Suci memainkan peran sentral bagi bangsa Israel. Lukas menulis seolah-olah Bait Suci adalah bagian penting dari kehidupan orang Yahudi." Namun, tempat ibadah itu akan dihancurkan sebelum akhir abad pertama Masehi.
Ini berarti bahwa Lukas pasti telah menulis sebelum waktu itu. Setiap argumen bahwa dia baru ada sesudahnya tidak memiliki fakta yang mendasar. Sementara sebagian besar tulisan Lukas mengandalkan ingatan orang lain, para saksinya tidak perlu berpikir terlalu jauh ke belakang, dan apa yang mereka ceritakan memang hal-hal yang sangat membekas dalam ingatan.
Selanjutnya, Lukas menjadi teman dari para murid. Bagian dari Kisah Para Rasul menggambarkan apa yang dilihat dan dialaminya. Kita mengandalkan Lukas sebagai seorang ilmuwan yang percaya karena iman. Dia tidak dibesarkan sebagai seorang Yahudi, jadi sentimen dan tradisi tidak memengaruhi penyelidikannya tentang kehidupan Kristus. Lukas mengandalkan keterampilan penalarannya yang sangat berkembang sebagai seorang tabib untuk menyimpulkan bahwa Yesus adalah Mesias yang telah lama ditunggu-tunggu.
Pemikiran Akhir
Tuhan "telah menggunakan penulis manusia sebagai agen yang darinya Dia menuliskan Alkitab-Nya" dan "tidak ada nubuat dalam Kitab Suci yang berasal dari penafsiran seorang manusia, sebab tidak ada satu pun nubuat yang muncul dari keinginan manusia, sebaliknya dari orang-orang berbicara atas nama Allah berdasarkan pimpinan Roh Kudus" (2Ptr. 1:20-21, AYT).
Salah satu kisah besar abad pertama setelah kebangkitan Yesus adalah cara yang menakjubkan di mana Allah dan Gereja-Nya melindungi kebenaran Kitab Suci dari kesalahan atau hal yang lebih buruk. Hanya "oleh anugerah Allah" bahwa "Firman-Nya telah terpelihara dan terlindungi hingga hari ini."
Namun, tidak peduli betapa pun besarnya usaha yang harus dihadapi seseorang dalam mengandalkan karya yang ditransmisikan secara lisan, kita harus memutuskan apa yang kita yakini. Jika Allah Maha Kuasa, dan jika kita memercayai kesaksian Kristus sepenuhnya, maka kita dapat memercayai pernyataan bahwa "Semua Kitab Suci dinapasi oleh Allah" (2Tim. 3:16, AYT). (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Christianity.com |
Alamat situs | : | https://christianity.com/wiki/bible/how-much-of-the-bible-was-transmitted-by-oral-tradition.html |
Judul asli artikel | : | How Much of the Bible Was Transmitted by Oral Tradition? |
Penulis artikel | : | Candice Lucey |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA